Ketika aku sekolah di daerah, satu tahun lamanya, ada guru yang setiap mengajar asyik ngebanyol. Memang sih, beliau jadi akrab dengan siswa. Tapi di sisi lain, guru yang seperti ini kadang kehilangan muruah di depan siswa-siswanya.
Selain di sekolah itu, tidak kutemukan guru sejenis di tempat lain. Banyak yang suka bercanda, tapi tidak selalu. Kebanyakan yang suka bercanda justru yang agak killer. Jadi sebelum ketawa siswa mikir dulu, ini bercanda atau serius?
Guru Mesum
Guru tipe ini adalah favorit siswa cowok. Mereka mengajar dengan pendekatan "ilmu biologi" agar siswa mudah paham. Kebanyakan siswa cewek sebal dengan guru tipikal ini.
Guru biologi terbaik (versiku) selama sekolah adalah saat kelas 2 SMA. Sayang, Bu Guru kadung dilabeli sebagai guru mesum. Jadi aku agak sungkan mengakui bahwa beliaulah satu-satunya yang membuatku mudah mengerti berbagai teori dalam mata pelajaran yang bikin ngantuk itu.
Apakah aku berotak mesum? Justru kupikir sebaliknya. Bu Sri, kalau tak salah namanya, sangat gesit. Suaranya lantang, menjelaskan sesuatu dengan analogi tapi tidak bertele-tele. Sesekali mungkin ia terlalu vulgar saat menjelaskan tentang organ reproduksi, tapi bukan itu yang membuatku tertarik.
Yang berkesan di kepalaku bukan soal vulgarnya, dan bukan itu yang khas. Melainkan suara lantang dan geraknya yang cepat. Â
Guru Motivator
Sebelum segala hal berbau motivasi mengguncang dunia, aku sudah bertemu dengan motivator di SMA. Kelas 1 dan 3 sang bapak menjadi wali kelasku. Beliaulah yang menanamkan keyakinan, tidak ada siswa bodoh.
"Kalian gak mungkin pintar di semua pelajaran, jadi tak perlu memaksakan. Yang lemah di matematika, barangkali kuat hafalannya. Yang sulit menghafal, bisa jadi suka berhitung." Begitu lebih kurang yang pernah beliau sampaikan.
Beliau nyaris tak pernah marah. Hanya satu kelemahannya, saat pembagian rapor, kelas kami selalu paling akhir keluar. Karena beliau asyik memotivasi pada para wali murid. Dan ada kalanya, kami sudah hafal apa yang beliau sampaikan.
Guru Curcol
Aku tidak pernah curhat pada guru. Lagi pula zaman itu tidak ada guru yang bertanya-tanya tentang keseharian. Aku juga tidak tau kalau BK berfungsi untuk konsultasi berbagai hal, kupikir yang masuk ke ruang itu adalah mereka yang bermasalah.
Tapi ada beberapa guru yang kerap curcol. Misalnya guru english yang cerita nilai pemberiannya diprotes wali kelas. "Kemarin rendah sekali, sekarang tinggi sekali. Saya cuma kasih sesuai nilai ujian, saya tau kamu gak nyontek."