Ternyata ... Mamak justru datang untuk mewanti-wanti pasutri itu. Jangan sampai nyogok! Kalau lulus syukur, tidak juga tak apa. Rezeki Allah itu luas, bukan cuma jadi PNS. Hasilnya, keduanya lulus murni, tanpa ada praktik suap sedikit pun.
Bertahun kemudian, ketika iparku diiming-imingi oknum tertentu akan dijadikan kepala sekolah (dengan "transaksi khusus" tentunya), Mamak kembali mengingatkan, jangan nyogok! Beliau begitu takut kalau-kalau keturunannya termakan rezeki yang tidak berkah.
Padahal ketika melarang, beliau cuma menggaransi doa. Tidak ada janji lain, tapi beliau yakin. Alhamdulillah sebagian besar doa beliau untuk anak-anaknya terkabul. Dan yang paling kusyukuri dari semua itu adalah keistikamahan beliau.
Walaupun rasa syukur itu harus kubayar dengan pengakuan, bahwa firasat yang sejak dulu kupelihara ternyata meleset. Prinsip Mamak tidak sereceh yang kuduga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H