Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keturunan Nabi Kok Kelakuannya Begitu!

10 November 2020   11:28 Diperbarui: 10 November 2020   13:07 1756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
<span>Photo by <a href=Vera Davidova on Unsplash" width="740" height="493" loading="lazy" />
Photo by Vera Davidova on Unsplash
<span>Photo by <a href=Vera Davidova on Unsplash" width="740" height="493" loading="lazy" />

Bukan pikiranku yang kacau, tapi tulisanku memang jelek. Ya Nabi, keturunanmu lebih-lebih Bani Israil, tulisku waktu itu. Lebay sih, namanya juga orang emosi.

Dulu aku sering berseloroh, "Saya keturunan Timur Tengah." Dan orang-orang percaya. Padahal yang kumaksud, ibuku Jawa Timur, bapakku Jawa Tengah. Baru aku sadar, mereka percaya bahwa aku keturunan Timteng, karena nama depanku itu!

Baca juga: Sumber Hukum Islam Selain Al-Qur'an dan Sunnah

Menyayangi Habaib karena Rasulullah

Dalam salah satu ceramahnya, Buya Yahya, pimpinan Pondok Pesantren Al-Bahjah (lebih kurang) mengatakan, "Kalau seorang habib melakukan kekeliruan, pandanglah mereka seperti anak sendiri."

Berarti balik lagi ke kita. Yang suka nampol anak, ya sudah, gebukin sana! Tapi yang sayang pada anak, sesalah apa pun mereka, selalu ada pemakluman.

Begitulah, aku menanggapi kekhilafan si mbak dengan membandingkannya dengan kebiasaan yang sudah berpuluh-puluh tahun kita temui.

Ada orang dari suku tertentu yang tak mau, bahkan melarang anak keturunannya menikah dengan orang di luar sukunya. Ada yang membolehkan keluarganya menikah dengan suku lain, tapi mengecualikan suku tertentu. Dan masih banyak contoh lain lagi.

Terlepas dari apakah analogi kesukuan itu tepat atau tidak, yang jelas seorang muslim memang sepantasnya menghormati keturunan Rasulullah. Bukan karena si keturunan itu, tapi kita memandang pada buyutnya.

Kita mendapat pahala dari amalan kita, biarlah mereka mendapat ganjaran dari perbuatannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun