Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kenapa pada Usia 40 Tahun Orang Cenderung Ngesok?

7 November 2020   20:25 Diperbarui: 7 November 2020   20:33 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi usia 40 (kompas.com)

"Tau rasolah, ditinggal dio samo orang terdekatnyo!" temanku menirukan ucapan temanku yang lain. "Itulah obatnyo. Apo kito kayak Tari be, tibo-tibo lenyap tanpa kabar?"

Begitulah lebih kurang gibah yang sampai ke telingaku. Kepergianku membuat orang bersorak, bagus! Beri dia pelajaran! Padahal bukan hanya aku yang pergi dari sana. Tapi sepertinya ada terompet meriah yang menyambut gempita kemunduranku.

"Semua orang kesal, Kak. Tapi cuma Kakak yang mantap ngasih pelajaran, karena dak ada yang menduga. Sebab selama ini yang kami tau Kakak dekat dengan dia," begitu lanjut temanku yang menceritakan suasana terbaru di suatu tempat di sana.

"Kakak pun dak nyangka bakal kayak gini, karena dia dulu dak begitu. Dia memang tegas, tapi lembut. Dia dulu pemimpin, tidak bossy sama sekali. Dia mengkakakkan diri, bukan macam berhala hidup seperti sekarang," balasku.

"Kato Amak, begitulah orang kalau sudah empat puluhan, Kak."

Ya ampun, sampai pula cerita itu ke ibu temanku. Orang tua di tempat kami biasa nongkrong. Bukan main hebohnya berita ini. Tapi sebentar, "begitulah orang kalau sudah empat puluh ..." berarti di usia 40-an nanti, aku akan begitu juga?

Aku dan temanku saling pandang, Jangan sampai ah!

Tapi kalau dilihat-lihat lagi ke sekeliling, rasanya tak keliru ucapan ibu temanku itu. Bukan hanya si bahan gibah kami yang melakukannya, setidaknya ada dua orang lagi yang juga melakukan kekhilafan yang sama.

Temanku menambahkan, bahwa ia juga mendapati beberapa orang di lingkarannya juga berubah menjadi jemawa setelah memasuki usia awal 40. Semacam sindrom sok-sokan.

Mereka seolah ingin menunjukkan pada siapa saja bahwa mereka berhasil menaklukkan dunia. Sebagian lagi malah menjadi pribadi penyangkal. Susah hati, tapi gak mau ngaku!

Baca juga: Jangan Jorok dong, Mang!

Dikutip dari klikdokter.com (24/2/2019), saat memasuki usia 40, seseorang akan mengalami 8 hal ini: Berkurangnya indra penciuman, sulit melihat dengan jelas, nyeri sendi, rambut menipis, sembuh lebih lama dari nyeri akibat olahraga, lidah pucat, kuku kaki menguning, dan lebih jarang kena flu.

Itu yang nampak secara fisik, tapi lebih dari itu, secara psikis ternyata orang yang memasuki usia 40 cenderung lebih gampang depresi, terutama perempuan. Kurangkum dari berbagai sumber, inilah penyebabnya.

1. Menopause

Biasanya setiap bulan perempuan mendapatkan haid. Meski diawali dengan PMS dengan aneka efek, tapi pada hari-hari menjelang akhir atau setelah menstruasi berakhir, suasana hati seorang perempuan akan lebih baik. Bahkan lebih nyaman dari sebelum PMS.

Ketika mendapatkan menopause (umumnya pada usia 40-50 tahun), momen pelepasan emosi itu tidak lagi didapatkan. Inilah salah satu sebab, kenapa perempuan yang memasuki usia 40 atau yang mulai menopause, cenderung lebih rusuh.

2. Sindrom Paruh Baya

Tidak sedikit laki-laki yang melalui usia 40 tahun dengan kelakuan nyeleneh layaknya remaja. Orang menyebutnya puber kedua. Mereka menjadi genit, suka kelayapan, dan mengaku bosan dengan kehidupan yang sudah dilalui.

Di saat bersamaan, perempuan juga bertarung dengan masalah hormonal yang membuat mereka merasa tua dan penuh kekhawatiran.

Perubahan sikap laki-laki dan perempuan ini tidak mengikat secara gender. Artinya, krisis paruh baya yang identik terjadi pada laki-laki juga bisa terjadi pada perempuan. Yang biasa diidap perempuan, tidak menutup kemungkinan justru dialami laki-laki.  

3. Anak-anak Beranjak Dewasa

Tiba-tiba waktu terasa berjalan begitu cepat. Anak-anak yang dulu bikin berantakan rumah, sekarang malah jauh dari rumah. Mereka sibuk dengan pendidikannya, tidak lagi curhat, dan cenderung mengabaikan beberapa aturan rumah.

Efek kesepian, rindu, harapan, dan kekhawatiran, membuat seorang ibu kadang berpikir tak tentu arah. Sedangkan ayah, pada pekerjaan yang dianggap tidak menjamin masa depan, muncul kekhawatiran kalah saing dengan orang-orang yang lebih muda.

Di sinilah agama berperan penting. Hanya kecerdasan spiritual yang mampu meyakinkan bahwa semua urusan bukan di tangan manusia.

4. Lajang

Jika orangtua banyak mengkhawatirkan anak dan keluarga, bukan berarti orang yang lajang di usia 40 dianggap lebih aman. Justru sebaliknya, sebagian mereka mulai menyesali keputusannya untuk hidup sendiri.

Secara umum, ketika remaja kita cenderung sangat tertarik pada lawan jenis. Pada usia 25 mulai realistis terhadap kehidupan. Di awal 30, seorang lajang begitu khawatir dengan jodohnya. Tapi pada usia 33 ke atas, kebanyakan justru muak membicarakan soal jodoh dan rumah tangga.

Baca juga: Awas, Usia 40 Orang Iseng Selingkuh!

Akhirnya begitulah, meski masih beberapa tahun lagi menuju angka 40, aku dan teman gibah tadi pelan-pelan berusaha saling mengingatkan. Hati-hati, jangan sampai ketiban "kutukan usia 40". Aslinya depresi, tapi dilihat dari luar seperti orang sok hebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun