Setiap menulis namanya, aku harus masuk lagi ke Kompasiana. Hennie Triana dengan nama belakang apa ya, pokoknya kutebak itu nama suaminya.
Membaca kisah-kisah beliau, aku seperti ngobrol dengan teman-temanku yang dihadiahi Allah tak hanya kehidupan yang lebih baik, tapi juga kepribadian yang baik.
Entah kenapa dunia mempertemukanku dengan orang-orang yang kalap setelah jadi orang kaya. Atau yang belum kaya tapi sombongnya sudah duluan. Atau yang pura-pura kaya padahal aku tau dia menderita.
Nah, di sisi lain, ada teman-teman yang sejak lahir sudah jadi anak gedongan, tapi tabiatnya tenang. Pikirannya positif, pembawaannya sederhana. Dan tidak tau kenapa, membaca tulisan Kak Hennie (sok akrab, hwahaa), aku seperti melihat teman-temanku ini. Â
5. Pak guru jomlo
Artikelnya panjang-panjang, khas guru yang kalau ngomel gak bisa sebentar. Demi views yang banyak, kadang kuklik semua halaman artikelnya, padahal bacanya lompat-lompat. Ups!
Mungkin anaknya baik (aku kan bukan tetangganya, jadi nebak-nebak aja), dan karena sejauh ini pemikirannya bagus, aku benar-benar berharap suatu saat Ozy V. Alandika bisa jadi menteri pendidikan.
Jejak digital ini, Pak. Jangan lupa bagi proyek kalau sudah jadi, ya!
6. Yana Haudy
Dengan cerita tolenya yang lewat terus di timeline Twitter-ku, gimana bisa melewatkan nama kompasianer satu ini?
Membaca omelannya, aku bisa memastikan, kami adalah mamak yang sama-sama jadi korban sekolah daring. Efek positif pandemi, tambah kawan senasib!