Artinya aku dan admin sehati. Bukan, artinya kami sama-sama punya gaya selingkung, yang itu berlaku di wilayah kami. Insyaallah tidak terlalu menganggu mata pembaca juga, kan?
Berbeda dengan Ron. Jika ia menulis kata "Pak Kudis" yang itu maksudnya kepala desa, maka tak ada satu orang pun yang boleh mengganti kudis jadi kades.
Ketika ia menutup dialog dengan kutip lalu titik, bukan sebaliknya, tak ada tangan yang boleh memperbaiki. Jika ia tulis "membaikin", jangan berani-berani mengubah jadi "memperbaiki" atau yang semisal.
Ron tak butuh, dan tak menerima jasa editor. Lebih baik naskahnya tidak ikut terbit bersama daripada diubah bukan oleh tangannya sendiri.
Mendapati hasil editanku disia-siakannya, kusadari Ron tidak sesuai dengan apa yang selama ini ia perlihatkan. Ron suka mengkritisi orang lain, tapi pada hal yang nyata keliru, ia tak mau menerima kesalahan.
Bukan karena merasa tak dihargai, aku lebih fokus bertahan. Ia suka mendebat, kutinggalkan perdebatan karena paham seperti apa "musuhnya". Ia tidak mencari kebenaran, tapi berupaya nampak benar.
Jadi ketika Ron bertahan pada naskah mentahnya, kubiarkan ia memeluk naskah itu. Kami naik cetak sendiri.
Setiap ia menolak pendapatku, aku abaikan. Kuanggap tak ada, sampai ia capek sendiri dan memilih mundur. Karena upayanya menggantikan posisiku justru ditentang seluruh anggota. Semua orang, kecuali aku.
Bertahun kemudian, Ron wara-wiri di media. Ia jadi wartawan di satu koran, kemudian pindah ke koran lainnya.
Baca juga: Ubah Naskah Drama Menjadi Cerpen
Aku turut senang, barangkali ada yang berhasil merayu Ron, sehingga ia mau artikelnya diperbaiki dulu sebelum naik cetak. Kalau di komunitas, ia boleh bertahan. Di tempat ia menggali isi periuk, harusnya tidak bisa.