Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banjir Adalah Nama Tengah Manusia Indonesia

22 September 2020   16:20 Diperbarui: 22 September 2020   16:23 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir di Jambi (Kompas TV)

Aku sempat tinggal tak lama di sebuah kawasan di Jakarta. Mendekati musim hujan, sengaja aku pindah menginap di rumah saudara di Jawa Barat. Padahal aku suka suasana tempat tinggalku di Jakarta yang padat dan ramai.

Teman dan tetangga tidak cerita ini itu soal banjir, empunya rumah pun demikian. Hanya aku yang memperhatikan tingkah orang-orang yang santai melempar sekantung sampah sembari jalan ke pasar.

Setiap keluar rumah, mereka seperti "menabung" sampah di kali yang melewati rumah-rumah penduduk. Hujan sedikit saja, bermunculanlah diapers dan pembalut wanita di kolong jembatan, yang bisa terlihat jika aku melongok dari jendela lantai atas.

Aku bisa membayangkan apa yang akan terjadi ketika musim hujan tiba. Maka sebelum itu terjadi, aku mengungsi.

Baca juga: Ini Loh Jambi Itu!

"Jambi itu Indonesia juga," kata kakakku, ketika kami membahas perbedaan kultur Sumatra dan Jawa.

Jadi banjir di Jambi yang dulu tak pernah kutemui, yang belakangan jadi pemandangan tahunan, bisa jadi sama saja sebabnya dengan yang ada di Jakarta.

Memang Jakarta disebut-sebut sudah banjir sejak zaman kerajaan, karena kondisi tanahnya yang menyerupai periuk. Jambi tidak begitu, tapi banjir juga.

Jika digali lebih dalam, tentu tak cuma sampah yang jadi biang. Rusaknya hutan dan sungai juga jadi sebab, tapi sumber utamanya tetap manusia.

Aku sedang malas mencari referensi untuk dasar opini, toh kita semua sudah tau soal itu. Yang jelas, masalah utama kita saat ini adalah mental. Apa pun bencananya, sumbernya manusia. Omong kosong memperbaiki lingkungan, keadaan, atau apa pun, kalau manusianya tak mau berubah.

Kita ini bangsa ngeyel, kaum penyangkal yang punya banyak kambing hitam. Solusinya? Kamu aja yang mikir. Kan sudah kubilang, aku sedang malas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun