Panas terik di siang hari, terdengar suara mangkuk beradu dengan sendok di jalan depan rumah. Tahulah kami, penjual kembang tahu tengah melintas.
Sering kali tanpa ada yang meminta, aku atau suami membelinya untuk anak-anak. Tujuannya untuk menyemangati para pedagang. Mereka adalah pekerja keras yang memilih terus berusaha di bawah terik Kota Jambi yang panasnya bikin perih kulit (coba sendiri kalau tak percaya!).
Pada salah satu momen sebelum pandemi itu, mbahnya anak-anak kemudian memberi tahu. "Jangan beli ke mamang yang itu! Dio suko ngolokin budak."
Maksudnya, penjual kembang tahu yang itu suka ngerjain orang yang membeli dagangannya. Menurut Mbah, sedikitnya dua kali ia mendapati penjual kembang tahu yang ditandainya itu menipu. Cucunya hanya memesan satu mangkuk ditagihnya dua.
Bocah-bocah hanya membeli 2000, dia bilang 4000. Yang awalnya membeli karena kasihan, pada akhirnya Mbah justru jengkel pada pedagang itu. Bukan tanpa bukti, Mbah melihat di balik jendela yang kacanya dari luar terlihat gelap.
Sama seperti yang kurasakan ketika artikelku dicolong orang. Nilai kerugiannya terbilang kecil, tapi bukan itu yang mengganjal di hati. Lagi pula, hanya dua ribu perak, jadi kebiasaan buruk yang bisa-bisa dibawa seumur hidup. Â Â
Korupsi Jam Hadir
Yang ini terjadi dulu sekali, waktu aku masih jadi orang kantoran. Absen manual ada di mejaku. Setiap karyawan yang datang menuliskan jam hadir di kolom yang tersedia, sesuai angka pada jam dinding di ruangan tersebut.
Aku tak pernah memperhatikan siapa yang masuk dan angka berapa yang mereka tulis. Tapi beberapa karyawan lain ternyata melakukan sebaliknya.
Mungkin karena sudah tak tahan, seseorang kemudian pagi-pagi menyempatkan diri ngobrol denganku. "Tahu kan kalau si X sering datang belakangan?" Aku mengangguk. "Coba lihat absennya!"
Kubuka daftar hadir. "Mungkin belakangan, tapi dak telat," jawabku. Karena pada nama X rata-rata yang tertulis adalah "7.45", batas akhir jam datang agar gaji tidak dikenakan potongan.
"Nah, kita tengok nanti ya! Kami semua sudah menandai," balasnya dilanjut menyebutkan nama-nama yang ia sebut "kami".