Pekan lalu, anak-anak dan orangtua bergotong-royong membersihkan lapangan yang posisinya nyaris tepat di depan rumah kami. Semua anak sepertinya siap bertarung untuk hari ini. Mereka menyiapkan strategi (ala anak-anak) sembari membantu bapak-bapak menyingkirkan macam-macam sampah di lapangan.
Instingku berkata lain, karena sampai hari itu tidak ada yang datang meminta sumbangan untuk perayaan 17 Agustus maupun tawaran pendaftaran anak guna mengikuti lomba.
Baca juga: Efek Sering Membohongi Anak
Dan, taraaa!
Sampai pagi ini, lapangan sepi-sepi saja. Tidak ada pohon pinang yang menancap di tengah lapangan, tidak ada pagar tali untuk track balap karung, kursi untuk lomba makan kerupuk, juga suara Pak RT yang biasanya membuka acara dengan pengeras suara.
Padahal waktu korban covid-19 masih satu dua, kita berpikir Agustus ini anak-anak sudah sekolah seperti biasa. Tak pernah terbayang agustusan bisa sehening ini.
Apalagi waktu corona masih di Wuhan, kita sempat terpengaruh melihat pejabat cengengesan, menganggap manusia Indonesia kebal corona. Sekarang sudah terlambat, kita rayakan agustusan dengan hening cipta saja.
. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H