Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Para Istri, Jangan Minta Duit Terus!

13 Agustus 2020   11:15 Diperbarui: 13 Agustus 2020   11:15 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi rumah tangga (kompas.com)

Ada lagi yang curhat. Dibentak suami karena minta duit, "Cari duit sana! Kerjamu minta duit terus!"" begitu kira-kira ceritanya.

"Memang selama ini dikasih berapa?"

"Itulah, satu juta sebulan untuk semuanya. Ya makan, ya tagihan listrik, air, sekolah anak ...."

Jangan kaget dulu! Sebelumnya ada juga yang curhat, tapi ini versi suaminya.

"Setiap bulan dikasih duit, masih kurang juga!" lapornya kesal.

"Berapa sebulannya?"

"Empat ratus."

Empat ratus ribu, bukan empat ratus juta. Rupiah, bukan dolar.

Baca juga: Gendong Tuyul Ternyata Ilmiah

Yaa, mungkin uang empat ratus ribu atau satu juta rupiah itu memang sulit mereka dapatkan, sehingga nilainya terasa besar. Mau membela istrinya nanti disebut memihak, tidak dibela, nyatanya kebutuhan rumah tangga memang besar adanya.

Apa ada yang mengalami kejadian yang sama? Aku yakin banyak. Jangankan yang punya pendapatan ngepas, yang berlebih pun kerap menganggap yang ia beri lebih dari cukup.

Jauh sebelum curhatan yang satu juta tadi, ada pula seorang kenalan dekat yang ngedumel bahwa semua kebutuhan rumah menjadi tanggungannya. Gaji suaminya besar, tapi kebutuhan sehari-hari dan sekolah anak semua ia yang menanggung.

Gaji suami hanya untuk cicilan mobil dan hal lain yang terbilang remeh. Alhasil, karena pengeluarannya tak banyak , sang suami rajin mengirimi keluarganya. Padahal untuk rumahnya sendiri, istri yang banting tulang.

Membantu suami itu bagus, tapi akan jadi tidak bagus jika di ujungnya kita mengeluh. Pahala lenyap, malah nambah dosa karena buka aib pasangan.

Kesalahan istri yang sering kutemui, adalah terlalu mandiri. Bukan tak perlu membantu suami, tapi pastikan suami tahu bahwa kebutuhan rumah lebih dari yang mereka beri.

Caranya bukan dengan terus meminta, karena tidak sedikit suami yang entah faktor pola asuh masa kecil atau informasi yang salah selama bergaul, beranggapan bahwa semua perempuan itu materialistis.

Menyampaikan secara lisan maupun lewat chat berisi list kebutuhan tidak akan memberi hasil, setidaknya begitu yang kulihat selama ini. Jadi bagaimana solusinya?

Serahkan tagihan pada mereka. Biarkan suami sebagai penanggung nafkah rumah tangga yang membayar seluruh tagihan rumah sampai sekolah. Jahat?

Nggak dong, kan itu memang kewajiban kepala rumah tangga. Nantinya, ketika mereka kewalahan, kita bisa membantu.

Baca juga: Jangan Bohong pada Anak!

Dengan demikian, suami paham bahwa kebutuhan rumah memang tidak sedikit. Dan sebagai laki-laki, yang secara fitrah adalah pemimpin, malu dong minta bantu terus.

Kalau memasak itu dianggap tugas istri, bahan masakan pun tinggal menyesuaikan dengan budget yang diberikan. Tak perlu mahal kan? Yang penting gizi tercukupi. Telur dan tahu enak kok, gak pake mahal.

Perempuan, sependek yang kutahu ya, sangat memihak pada rumah tangganya. Kalaupun punya penghasilan melimpah, kebanyakan mereka akan lebih suka menghabiskan untuk anak dan rumahnya. Jadi para bapak tak perlu khawatir.

Kata orang, komunikasi adalah kata kunci. Tapi orang-orang juga harus paham komunikasi seperti apa yang dapat diterima kedua pihak, dan kapan waktu yang tepat untuk memulai sebuah komunikasi.

Daripada telanjur ribut dan ujung-ujungnya terjadi keretakan bahkan perpisahan, lebih baik sejak awal pisahkan tugas suami dan istri. Biarkan suami fokus pada nafkah dan istri pada pengasuhan anak dan kondisi rumah yang nyaman.

Jadi tetangga tak perlu tahu, berapa pendapatan dan pengeluaran kita. Yang mereka tahu, keluarga kita bahagia. Walau sehari-hari cuma makan sabar. Huhuuu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun