mulai hari ini sampe batas waktu yang di tentukan
semua poli RS mattaher tutup
baik untuk kontrol ataupun kunjungan pertama
sekian terima kasih"
Beberapa dilanjutkan dengan kalimat lain yang lebih panjang. Kemudian ada satu percakapan yang cukup menarik di salah satu grup.
Seseorang menanyakan pada sumber terpercaya, siapa yang diperkirakan membawa virus itu pertama kali? Pertanyaan tersebut dijawab lebih kurang, "ada pegawai yang ditularkan oleh suaminya. Si suami adalah pengusaha yang biasa bolak-balik ke Jakarta."
Kusambungkan pernyataan tersebut dengan informasi yang dirilis gugus tugas provinsi, penambahan pasien pada hari itu seluruhnya adalah cluster Jakarta.
Kalau dikatakan kita semua butuh ekonomi membaik, siapa pun setuju. Tapi ternyata begitu sulit membuat orang meyakini satu hal tanpa mengabaikan hal lain. Ekonomi mungkin nomor satu, tapi kesehatan bukan nomor dua.
Lalai dan tidak peduli nyatanya bukan hanya terjadi di lingkungan, katakanlah kelas bawah. Orang yang menurut kita berpendidikan, paham agama (peduli dan mengerti hak orang lain), juga tak selalu mematuhi protokol kesehatan yang sudah ribuan kali seliweran di depan mata dan telinga.
Seorang kenalan belum lama ini berangkat ke Jakarta, tujuannya penting. Untuk memenuhi stok dagangannya yang sudah nyaris kosong. Kami menghitung tanggal sejak ia kembali, mengantisipasi jika ia datang atau mengundang.
Belum sepekan dari ia tiba, ybs bergabung dalam sebuah obrolan yang tidak direncanakan. Berharap ia karantina mandiri hingga 14 hari? Jauh! Bahkan sejak kepulangannya di hari pertama, ia sudah melayani pembeli.