Nah inilah yang dialami Mozza-ku. Tanpa melihat artikel mana pun, aku sudah menebaknya. Sebab tingkah nyelenehnya sebagai jantan nampak begitu vulgar. Bahkan jika boneka yang sedang ia nodai diambil, Mozza bisa marah hingga mencakar.
Setelah mencakar, ia akan minta maaf dengan menempelkan kepalanya ke tangan, kaki, atau kepala jika pada anak-anak (karena lebih mudah dijangkau). Kami memahami bahwa marahnya Mozza semata karena insting. Sebab di luar itu, ia adalah kucing terbaik yang pernah kupelihara.
Kok makin sedih sih, padahal sudah diketik. Apakah para ahli di Ohio State University membohongiku?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H