Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tiap Rumah Punya Air Mata Sendiri

4 Juni 2020   16:49 Diperbarui: 5 Juni 2020   20:11 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menulis saja, aku pakai headset. Padahal tak ada lagu yang diputar, hanya agar anak-anak tahu aku sedang fokus dengan laptop.

Sampai temanku dan suaminya mengantarku pulang, aku tak melihat anak-anak. Pasangan itu juga tampak bahagia, sebagaimana yang nyaris setiap hari kulihat di postingan medsosnya.

Siapa nyana, setelah sekian pekan terpisah, ia meneleponku lagi. Temanku meminta saran, apakah harus berpisah atau mempertahankan rumah tangga mereka yang telah dijalani bertahun-tahun tanpa ada kegiatan yang pantas disebut sebuah rumah tangga.

Sebelumnya aku tak terlalu paham. Ketika ia menyebut anak, oh, ternyata belum punya anak. Ada jutaan pasangan di dunia ini, mungkin lebih, yang belum dikaruniai anak. Yang penting usaha, saranku.

Di keluarga besar suaminya, ia kerap dituding tak subur. Dari sindiran halus sampai ujaran vulgar ditujukan padanya. Sabar saja, kataku.

Bukan, ternyata bukan itu. Mereka tak punya anak karena tak pernah melakukan yang seharusnya dilakukan untuk memiliki anak. Temanku masih perawan.

Aku terhenyak.

Lalu mengalirlah curahan hatinya. Suaminya punya kelainan orientasi seksual, ia tak pernah disentuh. Bagaimana pun ia berusaha merayu, sang suami tak tergoda. Tapi dia akui, di luar hal itu, suaminya adalah orang yang baik.

Dia salah besar telah meneleponku. Aku tak punya ilmu sejauh itu. Hanya kusarankan agar ia berkonsultasi pada yang lebih berilmu. Di sana sini ada konsultan rumah tangga, atau seksolog barangkali.

Biaya pasti tak jadi soal bagi mereka. Keduanya punya penghasilan besar, dan dari dua keluarga yang mapan. Daripada jadi bahan olok-olok setiap pertemuan keluarga besar.

Aku tak pernah menghubungi untuk mengetahui kelanjutan kisahnya. Sudah kuberi nomor konsultan yang kukenal, tapi setelah kucek, ia tak pernah mendatangi konsultan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun