Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Alih-alih Udara Segar, Ini yang Kami Dapat Saat Jalan Pagi

31 Mei 2020   15:53 Diperbarui: 31 Mei 2020   15:53 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Arek Adeoye on Unsplash

Anak-anak sudah rindu bermain di luar. Melihat teman-teman mereka bermain di pendopo lapangan, makin menjadi-jadi rindu mereka untuk bercengkerama.

Tapi demi membaca berita tentang banyaknya anak-anak yang positif Covid-19, kuputuskan tetap melarang mereka keluar. "Makin patuh, makin cepat wabah hilang," berulang kali kusampaikan pada mereka.

Sebagai alternatif, aku pun berinisiatif mengajak mereka jalan-jalan pagi. Olahraga sambil menikmati udara sejuk pagi tanpa mengenakan masker. Habis salat Subuh rencananya kami akan langsung keluar, biar tak keburu ramai.

Sebelum pergi kuingatkan, jika bertemu orang lain, jaga jarak. Tak usah ngobrol, karena kita tak pakai masker. Biasanya ngobrol membuat orang secara refleks mendekat. Nanti entah dia menularkan virus ke kita, atau sebaliknya. Anak-anak patuh seperti biasanya.

Membayangkan segarnya pagi seperti puisi. Aroma embun, udara sejuk, ... atau seperti yang pernah diulas Kompasianer  Hennie Triana, ada bunga nan indah  dan pemandangan lain yang memuaskan hati. 

Maka setelah salat Subuh besoknya, segera kami berjalan keluar mengitari perumahan. Dari sebagian Blok A menyeberang ke Blok B. Alih-alih mendapat udara segar, hendak ngobrol sesama kami pun segan. Aroma bangkai menyengat entah dari mana.

Jalan dalam diam, kami melewati beberapa rumah hingga sampai di pasar tradisional yang masih sepi.

Karena petugas kebersihan belum datang, sampah kiriman warga menyebar seluas pelataran pasar. Aromanya bukan main. Buru-buru kami menyeberang lagi, masuk ke Blok A kembali.

Lumayan lega beberapa saat, bertemu pula dengan kucing-kucing tetangga yang juga sedang jalan pagi. Di pertigaan, kami duduk sebentar. Anak-anak bermain lomba lari, karena udaranya lumayan enak.

Tumben juga, tak ada anjing yang mengejar. Biasanya dari tempat kami istirahat sampai menjelang rumahku, beberapa warga yang memelihara anjing membiarkan anjingnya berada di luar. Kali ini tak nampak satu pun.

Tak terasa hari menjelang terang, kami berjalan kaki sedikit menanjak menuju rumah. lagi-lagi aroma tak enak menyengat menyerang hidung. Anak-anak tak bisa lari-lari, karena mereka butuh oksigen untuk bernapas, sementara udara sudah tercemar aroma yang sungguh tak menyenangkan.

Jangankan berlari, ngobrol pun dihentikan lagi. Kami sibuk menyelamatkan hidung masing-masing.

Tiba di rumah, anak-anak tetap ceria. Tapi ketika kutawarkan jalan-jalan pagi lagi, mereka menolak. "Malas, Mi, ah. Mano ado udara segar, malah bau buntang!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun