Seharusnya kisah ini kuceritakan di awal Ramadan. Agak basi kalau dibagikan sekarang. Tapi daripada tidak sama sekali, mengganjal rasanya kalau tidak dituangkan.
Karena usianya, Mamakku beberapa kali libur puasa. Setiap kali tak puasa, tak terlihat beliau makan minum atau aktivitas lain yang menunjukkan bahwa beliau sedang tak puasa. Aku pun sampai tak tahu, kecuali setelah berbuka.
Ketika kami asyik menikmati menu buka puasa, beliau tidak ikut. Nah, baru aku ingat, ketika sahur beliau juga tidak bergabung. Artinya hari itu Mamakku tidak puasa.
Ternyata anak-anak juga memperhatikan. "Mbah ni hebat, kalo dak puaso dak ketauan. Beda dengan Ummi," celetuk si Kakak.
"Huu," balas suamiku memprovokasi.
Teringatlah aku kenangan puluhan tahun lalu saat aku duduk di kelas 6 SD. Waktu itu Ramadan. Saat jam istirahat, karena puasa, kami hanya bermain. Tanpa jajan.
Seorang teman secara sembunyi-sembunyi membawa cokelat dan jajanan lain (aku lupa) masuk ke dalam kelas, lalu diletakkan di lacinya. Waktu itu hanya aku yang menyadari, karena kelas sedang sepi.
"Ih, Mala idak puaso," kataku, lebih kurang begitu.
Telunjuknya ditempel ke bibir, "Sst! Aku lagi halangan," balasnya.
"Halangan tu apo?"
"Is kau ni, cewek kok dak tau halangan!"
Di lain waktu, masih saat kelas 6 SD. Beberapa anak laki-laki di kelas bercerita tentang pengalaman mereka di kolam renang. Aku yang kebetulan lewat mendengar sedikit saat mereka tertawa.
"Ruponyo cewek tu lagi mens!" teriak Miki, salah satu dari mereka.
"Mens tu apo?" tanyaku padanya.
"Kayak mano kau ni, masa cewek dak tau mens!" tawa mereka makin besar.
Dibesarkan bersama empat kakak perempuan, aku tak paham apa itu menstruasi, datang bulan, haid, atau apa pun istilahnya, kecuali setelah mengalaminya sendiri untuk yang kedua kali.
Ya begitu, ketika Ramadan, seisi rumah seolah sedang puasa semua. Bahkan di luar bulan Ramadan, yang tak salat pun tidak terdeteksi.
Ketika pertama kali mengalami haid, kakakku yang menyadari, melarang aku salat. Kemudian dijelaskan sedikit tentang apa itu haid. Pada kali kedua, baru aku paham sepenuhnya tentang tamu bulanan itu.
Terlepas dari adab, akhirnya kusimpulkan tak masalah ketahuan sedang tidak berpuasa. Dengan begitu kita bisa menjelaskan apa itu haid dan bagaimana konsekuensinya pada anak-anak.
Tak hanya konsekuensi terkait ibadah, melainkan juga soal hormon dan efeknya pada perubahan fisik dan psikis perempuan. Menurut hematku, ini juga akan jadi jalan menuju pendidikan seks yang sehat.
Bukan semata soal pamer makanan, rasa malu, dsb, tapi ada ilmu yang ikut tersembunyi jika kita keliru menyikapi jadwal haid dengan kemampuan berpuasa anak yang belum mantap.
Kalau dulu aku sudah mendapatkan informasi terkait menstruasi, barangkali aku tak perlu diomeli teman perempuan atau jadi bahan tertawaan teman laki-laki. Untungnya aku tak punya pacar, karena sampai SMP pun aku tak tahu bagaimana seseorang bisa hamil. Saking pemalunya aku punya keluarga.
Terkait celetukan anak sulungku, mungkin aku juga yang rada vulgar saat sedang libur puasa. Memangnya siapa yang bisa menahan aroma mi instan agar tak menguar ke mana-mana?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI