"Is kau ni, cewek kok dak tau halangan!"
Di lain waktu, masih saat kelas 6 SD. Beberapa anak laki-laki di kelas bercerita tentang pengalaman mereka di kolam renang. Aku yang kebetulan lewat mendengar sedikit saat mereka tertawa.
"Ruponyo cewek tu lagi mens!" teriak Miki, salah satu dari mereka.
"Mens tu apo?" tanyaku padanya.
"Kayak mano kau ni, masa cewek dak tau mens!" tawa mereka makin besar.
Dibesarkan bersama empat kakak perempuan, aku tak paham apa itu menstruasi, datang bulan, haid, atau apa pun istilahnya, kecuali setelah mengalaminya sendiri untuk yang kedua kali.
Ya begitu, ketika Ramadan, seisi rumah seolah sedang puasa semua. Bahkan di luar bulan Ramadan, yang tak salat pun tidak terdeteksi.
Ketika pertama kali mengalami haid, kakakku yang menyadari, melarang aku salat. Kemudian dijelaskan sedikit tentang apa itu haid. Pada kali kedua, baru aku paham sepenuhnya tentang tamu bulanan itu.
Terlepas dari adab, akhirnya kusimpulkan tak masalah ketahuan sedang tidak berpuasa. Dengan begitu kita bisa menjelaskan apa itu haid dan bagaimana konsekuensinya pada anak-anak.
Tak hanya konsekuensi terkait ibadah, melainkan juga soal hormon dan efeknya pada perubahan fisik dan psikis perempuan. Menurut hematku, ini juga akan jadi jalan menuju pendidikan seks yang sehat.
Bukan semata soal pamer makanan, rasa malu, dsb, tapi ada ilmu yang ikut tersembunyi jika kita keliru menyikapi jadwal haid dengan kemampuan berpuasa anak yang belum mantap.