Setiap melihat orang susah, sedang aku tak punya apa-apa untuk membantu, kubayangkan bahwa dia sebenarnya tidak susah. Ya sambil berdoa sih, sayangi dia ya Allah. Jadi kalau dia bohong, biar dapat hidayah. Kalau betul susah, mudah-mudahan cepat keluar dari kesulitan hidupnya.
Sehingga aku tak jadi korban seperti warganet yang membagikan video Abah Tono. Nah, siapa lagi itu?
baca juga: Pelajaran Hidup dari Kang Dorong
Kalau Ferdian Paleka ditangkap polisi karena video prank-nya, Abah Tono mungkin tak akan berurusan dengan polisi karena "prank"-nya pada si pembuat video.
Salah satu akun Twitter membagikan video berisi potongan kisah seorang kakek pemulung. Dalam video tersebut, sang kakek bercerita tentang kesehariannya yang hanya mendapat uang 1500 sampai 2000 rupiah saja.
Belakangan diketahui kakek itu bernama Tono. Biasa dipanggil Abah Tono. Warganet lain yang merupakan tetangganya, membagikan foto penampakan rumah sang kakek.
Kalau saja Abah Tono bersandiwara di tahun 90-an, ketika aku masih main sepeda lepas tangan. Bikin egrang dan judi kecil-kecilan dengan kartu gambaran, mungkin kedoknya akan lama terbongkar.
Tapi di zaman media sosial dimiliki hampir semua penduduk planet ini, terlalu remeh hanya untuk membuka fakta di balik kebohongan mengada-ada soal makan kerupuk modal dua ribu sehari.
Nyatanya, Abah Tono memiliki rumah dua lantai yang tak pantas setitik pun disebut rumah orang susah. Ia tak punya utang di warung tetangga (bagus sih!), malah mampu beli sepeda motor secara cash!
Kalau sudah begini, kasihan yang memang betulan orang tak punya. Kita akhirnya diajari untuk menekan rasa empati, karena khawatir dikibuli lagi dan lagi.