Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelecehan Seksual di Sekolah Sudah Ada Sejak Dulu

25 Februari 2020   12:50 Diperbarui: 25 Februari 2020   12:49 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku cukup shock, di daerah tidak begini tingkah teman kelasku. Tapi sebagai anak baru, pura-pura tak tahu adalah yang terbaik. Rapikan saja posisi duduk, dan teruslah menulis.

Tak lama, keriuhan lebih besar terdengar. Hampir separuh siswa laki-laki di kelas itu menumpuk di sudut. Kupikir hanya aku anak perempuan di dalam. Agak aneh juga, bukannya perempuan itu seharusnya lebih kalem. Kok teman-temanku pada kabur keluar?

Aku yakin itu bukan jam istirahat. Dan benar saja, sebentar kemudian anak-anak yang tadi di luar, tiba-tiba berlarian masuk.

Yang lebih aneh, dari tumpukan anak laki-laki di sudut dinding tadi, ternyata ada dua anak perempuan. Kuketahui setelah kerumunan itu terurai, sebab guru mata pelajaran berikutnya sudah datang.

Dua anak itu membekap dada, seperti sedang melindungi diri. Aku betul-betul tidak paham apa yang terjadi. Tapi hari-hari berikutnya, kejadian itu terus berulang, dan akhirnya membuat aku paham.

Bodohnya aku waktu itu, tidak melakukan apa-apa. Salah satu sebabnya, menurut beberapa teman perempuan, hal itu sudah biasa. Alhamdulillah aku tidak pernah jadi korban. Biarlah berkelahi mati-matian daripada dadamu dipegang laki-laki satu kelas. Mampus!

Syukurnya lagi, pada ujung-ujung masa kelas 2, akhirnya ada guru yang menyadari kejadian itu. Terjadi sidang besar-besaran. Wali kelas sampai meninju meja saking beliau malu. Wajahnya merah padam, begitulah ekspresi orang baik yang terlalu marah. Sebelumnya beliau tidak pernah semarah itu pada siswanya. Alhasil, seluruh siswa laki-laki di kelas itu mendapat hadiah pecut di tangan.

Selesai? Tidak.

Naik kelas 3, dalam sebuah acara kamping di sekolah. Ketika kami berbaris di tengah malam, temanku berbisik-bisik. "Si M di atas samo R."

Kebiasaan buruk kami adalah tidak suka mengadu. Dulu itu dianggap sebagai bentuk setia kawan. Walau hatiku tidak setuju mereka berdua-duaan di ruang gelap, tapi tidak ada yang kami lakukan.

Kami berbaris, menyanyi, dan melakukan macam-macam kegiatan khas pramuka. Tidak ada yang ingat M ada di atas. Sampai ketika waktunya istirahat, baru kami naik, dan M justru tidak ada di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun