Jika si orangtua tak menginsafi kesalahannya, dia harus terima ketika di masa depan ganti si anak yang akan meneriakinya. Memakinya karena tak becus mengurus cucu, pikun seperti bayi, atau teriakan lain sebagai "balas budi" dari apa yang pernah ia beri.
Melihat siluet si anak yang sepertinya mengenakan jilbab, berarti ia seorang muslim. Maka lepaslah ia dari doa si anak selama ini. "Ya Allah, sayangilah kedua orangtuaku sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku kecil."
Doa yang masyhur kita bacakan, dan diajarkan kepada anak-anak kita. Sayangi mereka seperti mereka menyayangiku. Hebatnya Islam, ada kelogisan di dalam doa itu! Pengin disayang tapi tak mau menyayangi? Apa-apaan!
Teringat kisah Umar bin Khattab yang didatangi seorang warganya ketika beliau menjadi khalifah. Seorang bapak yang mengadukan kedurhakaan anaknya. Ketika dikonfrontir, ternyata sang ayah tidak berbuat baik kepada istrinya, tidak memberi nama yang baik kepada anaknya, dan tidak mengajari anaknya Al-Qur'an. Maka Umar berkata, "Kau lebih dulu durhaka kepada anakmu!"
Catatan untukku pribadi, yang sering mendurhakai anak karena belum mampu menjadi ibu yang baik untuk mereka. Ini akan jadi jejak digital, ingetin Ummi, Nak. Kalau sewaktu-waktu membentak kalian hanya karena soal nilai. Artinya Mak kalian memang bodoh tak ketulungan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H