Mohon tunggu...
Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - www.iluvtari.com

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Ceramah Maulid Nabi Isinya Itu-Itu Saja?

12 November 2019   00:55 Diperbarui: 12 November 2019   01:16 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artikel ini bukan berisi alasan dan penjelasan, tapi benar-benar sebuah pertanyaan. Bahkan puluhan tahun menyimak ceramah di masjid yang sama, dengan penceramah yang berbeda, setiap Rabiul Awal, itu lagi itu lagi materinya. Padahal kisah hidup Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam itu banyak!

Yang membuat pelajaran sejarah di sekolah tidak menarik adalah kemampuan story telling gurunya yang kurang mumpuni. Apalagi saat ujian, yang ditanya adalah angka dan nama. Tahun terjadi, jumlah pasukan, tempat wafat, dsb.

Sistem pendidikan (zaman dulu, entah kalau sekarang) yang berorientasi pada hasil, membuat titik tekan guru saat penyampaian materi justru pada hal yang remeh. Aku memahami peristiwa Agresi Belanda II justru jauh setelah lulus kuliah. Karena saat sekolah, yang harus dihafal adalah tahun berapa agresi terjadi, siapa nama pemimpin pasukan, dst.

Itu juga penting. Tapi jauh lebih penting (menurutku) menguji siswa dengan pertanyaan, kenapa, bagaimana, apa pendapatmu? Sehingga pelajaran Sejarah jadi lebih menarik dan mudah direkam ingatan.

Ketika siswa lupa nama jenderal Belanda yang memimpin pasukan musuh, siswa cukup menyebut "Pemimpin pasukan Belanda". Jika siswa lupa nama desanya, mereka bisa menulis "di salah satu desa dalam wilayah Yogyakarta". Tapi esensinya tetap dapat, tanpa mereka terpaksa nyontek demi mendapatkan nama yang tepat.

Begitu pula ceramah keagamaan yang tiap tahun menjadi ritual rutin, yang meski isinya itu-itu saja tapi tidak bisa membekas di kepala. 

Tanpa maksud merendahkan para penceramah yang sudah susah-susah menyiapkan materi dan berusaha menarik perhatian jamaahnya, aku rasa bapak-bapak yang terhormat ada baiknya mencari formula baru yang lebih mengena, agar ada perubahan yang positif bagi kaum muslimin di negeri ini.

Kami sudah hafal bahwa Nabi dilahirkan di hari Senin Tahun Gajah oleh seorang perempuan mulia bernama Aminah. Tapi tidak semua kami paham, bagaimana proses Nabi menjadi pedagang besar padahal yatim piatu sejak kecil. Tidak mewarisi harta yang banyak, dan tanpa orang dalam di belantara pasar.

Bahwa Nabi kemudian diasuh oleh Abu Thalib, seluruh muslim di Indonesia insyaallah tahu. Kami kenal nama itu. Tapi apa hikmahnya, paman yang baik itu kelak berada di neraka? 

Kenapa Allah melantik beliau di usia 40 tahun? Bagaimana Nabi mendidik anak? Bagaimana Nabi memperlakukan istri beliau, menghadapi tetangga, menjadi pemimpin, menjadi kakek, dst. Kupikir itu akan lebih menggugah daripada menyebut kota kelahiran, tahun kematian, dan hal-hal lain yang juga bisa dijawab dengan baik oleh Google.

Apalagi ditambah guyonan tak berbobot untuk menyenangkan ibu-ibu, dan ancaman tak sehat untuk menenangkan anak-anak.

Guyonan tak berbobot adalah ketika penceramah berusaha melucu dengan mengangkat cerita ranjang di masjid. Berharap ibu-ibu tertawa dan batal ngantuk. Percayalah, perempuan waras tak suka membahas hal-hal vulgar di depan umum.

Mengancam anak-anak dengan kisah mitos sungguh kekonyolan total, ketika kita sedang mengangkat kisah seorang Nabi yang terkenal akan kejujurannya. Ups, sebentar! Barangkali yang kualami tidak sama persis atau bahkan berbeda jauh dengan yang dialami pembaca.

Sungguh aku berharap demikian. Sebab dari tahun ke tahun, penceramah yang datang dari instansi pemerintah di masjid kami benar-benar membuatku terkenang masa di sekolah dulu. 

Menyimak penjelasan guru dengan ogah-ogahan, karena yakin kelak saat ujian akan ditanya, tahun berapa terjadi perang ini, siapa nama pahlawan itu?

Ah, mending buka buku di bawah laci!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun