Mohon tunggu...
syarifudin M
syarifudin M Mohon Tunggu... -

saya SYARIFUDIN lahir 03 maret 1995 di SUMSEL (sumatra selatan) lulusan dari SD N3 SUMBER REJO megang sakti, SMP N SUMBER REJO, MA DARUL ISHLAH (AL-AZHAAR) LUBUKLINGGAU (SUMSEL) and UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA

Selanjutnya

Tutup

Money

ISU PERMASALAHAN AUDIT TERKINI

26 Mei 2015   18:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:34 2555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

NAMA                          : SYARIFUDIN

NIM                               : 2013017038

KELAS                          : AKUNTANSI A2

Tanggung Jawab Auditor dalam Mendeteksi Kecurangan Menerapkan Penilaian Profesional dan Mempertahankan Integritas


Posted on by wiraul86
Banyak bentuk pemerintahan yang telah dan akan dicoba di dunia yang penuh dosa dan duka ini. Tidak ada yang menganggap bahwa demokrasi adalah sistem yang sempurna dan penuh kebijaksanaan. Bahkan, telah diungkapkan bahwa demokrasi merupakan bentuk pemerintahan terburuk kecuali semua bentuk pemerintahan yang telah dicoba sebelumnya dari waktu ke waktu.

–Winston Churchill, Pidato dalam Parlemen, 11 November 1947-

Apakah Akuntan Publik Bersertifikat yang memeriksa perusahaan sesuai dengan Standar-Umum-Audit-Amerika-Serikat (GAAS) bertanggung jawab untuk menemukan kecurangan material di dalam laporan keuangan yang mereka periksa? Beberapa berpendapat iya, atau seharusnya, namun beberapa pihak beranggapan bahwa mereka tidak berkewajiban. Langkah pertama dalam menanggapi isu penting ini adalah dengan menjawab beberapa pertanyaan terkait hal ini.

Apakah yang diatur dalam Standar?

Standar dengan jelas mengatur bahwa Pemeriksa yang melakukan audit sesuai GAAS harus mendesain prosedur pemeriksaan untuk memperoleh keyakinan yang pantas –bukan absolut, bahwa laporan keuangan yang diaudit bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang dihasilkan dari error ataupun kecurangan. Standar menyadari bahwa keyakinan absolut tidak mungkin diperoleh karena sifat kecurangan maupun sifat pemeriksaan berdasarkan GAAS –yakni pengujian melalui berbagai sampling atau teknik lain, bukan mengevaluasi semua kegiatan ekonomi yang memengaruhi kegiatan operasional , arus kas, dan posisi keuangan. Sebagai tambahan, kebutuhan akan ketepatan waktu proses pemeriksaan agar laporan keuangan dapat bermanfaat penuh, dan kebutuhan akan proses audit dijalankan dengan biaya yang pantas bertentangan dengan persyaratan keyakinan absolut. Tetapi ini tidak berarti bahwa pemeriksa mendapatkan “kartu bebas” ketika pemeriksaan berdasarkan GAAS gagal dalam mendeteksi kesalahan penyajian material, baik karena error maupun kecurangan, dalam laporan keuangan.

Kinerja pemeriksa perlu dievaluasi sebelum tuduhan dijatuhkan. Kertas kerja pemeriksa harus menggambarkan –berdasarkan penilaian risiko, termasuk evaluasi terhadap pengendalian internal– bahwa prosedur yang digunakan dalam proses pemeriksaan telah didesain untuk memperoleh keyakinan yang pantas bahwa laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material. Standar terkait dengan pemeriksaan berdasarkan GAAS mengakui bahwa terdapat tingkat keyakinan yang tinggi bahwa laporan keuangan secara aspek material telah disajikan dengan baik sesuai Prinsip-Standar-Akuntansi-yang-diterima-umum (GAAP)atau standar akuntansi lain yang diterima, dan risiko kesalahan opini audit relatif “kecil”.

GAAP hanya merupakan tata bahasa dan kosa kata dari bahasa akuntansi, yang digunakan untuk menjelaskan efek dari kegiatan ekonomi pada sebuah perusahaan. Ini merupakan kerangka kerja yang digunakan di Amerika Serikat untuk pelaporan keuangan, bukan mengatur prosedur audit, ataupun penerbitan opini audit. Jika para pengguna mengalokasikan waktu untuk memahami bahasa tersebut serta implikasi penggunaannya, mereka akan dapat membaca, berbicara, dan memahami laporan keuangan. GAAP bukan penyebab maupun pendukung terjadinya kecurangan. Menghindari konsep yang mendasari aplikasi GAAP dapat menjadi kendaraan dalam melakukan kecurangan, akan tetapi mengikuti aturan-jelas dari standar akuntansi bukan merupakan elemen kecurangan. Penerapan penilaian yang pantas –bukan sempurna– dibutuhkan dalam mempertanggungjawabkan banyak transaksi yang memengaruhi perusahaan.

Pengguna laporan keuangan harus membaca dan memahami catatan-atas-laporan-keuangan (CALK) untuk dapat benar-benar memahami angka-angka dan informasi lainnya yang disajikan dalam laporan keuangan. CALK bukan merupakan catatan kaki yang memberikan informasi biographical atau tambahan; sebaliknya, CALK merupakan bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan. CALK harus memuat semua materi penting yang dibutuhkan pengguna untuk memahami laporan keuangan terkait, termasuk beberapa pengungkapan yang diwajibkan oleh GAAP, GAAS, atau peraturan SEC. GAAP bukan penyebab dari kecurangan, akan tetapi penyalahgunaan GAAP oleh akuntan dan penyaji laporan keuangan adalah bentuk kecurangan.

Harus dapat dipahami bahwa prosedur yang dipalikasikan berdasarkan GAAS bukan merupakan gagal-aman; namun, prosedur-prosedur tersebut harus dapat mengurangi risiko dalam kesalahan pembuatan opini audit dengan menggunakan biaya yang pantas secara ekonomi. Terdapat kemungkinan dalam kegagalan audit, yang biasa disebut “risiko audit” (seperti, risiko auditor dapat menyatakan opini “bersih” pada sebuah laporan keuangan yang tanpa sepengetahuan auditor tersebut mengandung kesalahan penyajian material). Jika audit direncanakan dan ditampilkan dengan baik, semakin besar nilai materialitas sebuah kecurangan, maka semakin kecil risiko kecurangan tersebut tidak dapat dideteksi. Penerapan perkiraan-perkiraan yang harus dilakukan berdasarkan penilaian meningkatkan risiko kesalahan dan merupakan lahan yang subur bagi siapa saja yang berkeinginan untuk melakukan kecurangan.

Standar kewajiban profesional mewajibkan auditor untuk menerapkan skeptisme profesional dalam melakukan pemeriksaan. Karena integritas manajemen sangat vital dalam menunjang keberhasilan audit berdasarkan GAAS, proses audit harus dievaluasi ulang –dan pada sebagian besar kasus, lebih diintensifkan– tanpa memperhatikan apakah pertanyaan tentang integritas manajemen muncul atau tidak pada saat audit. Audit berdasarkan GAAS adalah proses berulang; penemuan fakta atau kondisi yang berujung pada pertanyaan tentang integritas manajemen, atau kemungkinan kecurangan, mengharuskan auditor mengevaluasi ulang semua area dan tahapan proses audit, sebelum mendesain prosedur baru dan membuat keputusan untuk melanjutkan atau menarik diri dari perjanjian. Meski standar memberi tekanan yang signifikan pada auditor untuk dapat mengidentifikasi kesalahan material atau kecurangan, tetapi standar tersebut juga dengan adil mengakui bahwa “kecurangan dapat disembunyikan dengan penolakan pemberian bukti atau kesalahan dalam mengartikan informasi sebagai tanggapan dari pertanyaan, atau dengan pemalsuan dokumentasi” (AU section 316.09, “Deskripsi dan Karakteristik Kecurangan”). Standar lebih jauh juga menyadari kesulitan dalam mendeteksi kecurangan yang diakibatkan kolusi dari personil perusahaan atau pihak ketiga, pemalsuan, dan persetujuan sepihak yang tidak diungkapkan, serta skema-skema lainnya. Ini merupakan penilaian realistis terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan audit berdasarkan GAAS.

Beberapa Firma Auditor Utama mempunyai program internal yang sangat baik dalam melatih auditor, petunjuk material dalam mengatur dan melakukan audit sesuai GAAS, prosedur yang direkomendasikan dalam melakukan audit tersebut, dan pengamatan program untuk penegakan kepatuhan terhadap standar dan kebijakan yang tegas. Ketika audit berdasarkan GAAS gagal, biasanya disebabkan oleh keterbatasan GAAS yang sudah disadari terkait pengujian dan penipuan melalui pemalsuan, kolusi, dan teknik-teknik lain–atau ketidakmampuan auditor dalam mengikuti persyaratan GAAS, terutama dalam menerapkan skeptisme profesional serta mempertahankan integritas dan objektivitas selama perjanjian.

Pada beberapa skandal ekonomi yang paling terkenal dalam abad terakhir, dikarenakan GAAS yang tidak cukup dikodifikasikan atau memang tidak sempurna. Pengakuan atas ketidaksempurnaan ini menyebabkan kalangan profesi akuntan untuk membuat perubahan terkait dengan prosedur audit yang dibutuhkan. (Exhibit I mengidentifikasi pengaruh dari dua kasus awal).

Pada abad ini, Enron dan skandal finansial lain menyebabkan perubahan dalam kewajiban auditor terkait pelaporan tentang pengendalian internal perusahaan yang telah diatur oleh SEC, sekaligus saran untuk mempertimbangkan penggunaan spesialis forensik dalam beberapa kasus pada saat melakukan audit berdasarkan GAAS. Kalangan profesi auditor juga bereaksi terhadap kritik masyarakat dan keputusan pengadilan dengan cara mengubah standarnya.

GAAS telah berubah dan ditingkatkan dalam beberapa waktu terakhir, khususnya di area yang terkait dengan pendeteksian kecurangan laporan keuangan dan analisis risiko audit. Sistem saat ini, yang senantiasa mengevaluasi standar yang berlaku dan terus mengusulkan perubahan dalam menghadapi berbagai isu yang berkembang, bekerja dengan baik. Penulisan ulang dan klarifikasi terbaru dari Badan Standar Audit (ASB) merupakan contoh ketahanan dan efektivitas dari metodologi yang telah dibuat dalam menyikapi kekhawatiran terkait standard an pendeteksian kecurangan.

Bagaimana Audit GAAS berbeda dari tipe audit yang lain?

Pelaksanaan audit berdasarkan GAAS jelas berbeda dari tipe audit lain, terutama audit kecurangan, investigasi, atau pengujian (secara bersama-sama disebut pemeriksaan kecurangan).

Pemeriksaan kecurangan adalah perjanjian yang sangat berbeda dengan audit laporan keuangan berdasarkan GAAS, disiapkan dan disajikan dengan memperhatikan kerangka kerja akuntansi yang diterima. Dalam pemeriksaan kecurangan, auditor menduga bahwa kecurangan memang benar terjadi. Prosedur pengujian jauh lebih intensif dibandingkan dengan audit berdasarkan GAAS dan memang didesain untuk mendeteksi kecurangan yang diduga. Dalam audit laporan keuangan berdasarkan GAAS, auditor mengetahui bahwa kecurangan mungkin terjadi, tetapi lebih fokus dalam menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan kerangka kerja akuntansi yang diterima.

Dalam kata pengantar buku The Fraud Audits (Pemeriksaan Kecurangan), Leonard W. Vona menyatakan:

Saya juga percaya, kita perlu menyadari bahwa pemeriksaan kecurangan berbeda dengan audit konvensional, meski menggunakan semua metodologi audit konvensional, tetapi diterapkan dengan cara yang berbeda. … untuk memberikan ilustrasi “perbedaan” konsep tersebut, pemeriksaan kecurangan menyadari bahwa prosedur audit terhebat di dunia sekalipun tidak akan dapat mendeteksi kecurangan jika sample yang dipilih tidak mengandung satupun transaksi kecurangan.

Bagian berikut membandingkan audit GAAS dengan pemeriksaan kecurangan, diambil dari Asosiasi Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat (ACFE) Manual Pemeriksa Kecurangan dan materi di dalam literatur AICPA. Meskipun pemeriksaan kecurangan dan auditing terkait satu sama lain, keduanya bukan merupakan disiplin yang sama. Exhibit 2 menyajikan beberapa perbedaan utama diantara keduanya.

Baik ACFE dan AICPA menyetujui ekspektasi yang dihasilkan dari kinerja anggota mereka –anggota dari organisasi ACFE merupakan kalangan professional yang secara langsung terkait dengan investigasi kecurangan, dan anggota dari AICPA merupakan kalangan professional yang melakukan audit berdasarkan GAAS. Audit berdasarkan GAAS tidak ditujukan untuk menemukan kecurangan, tetapi memberikan opini bahwa laporan keuangan, secara keseluruhan, cukup baik dalam menyajikan posisi keuangan perusahaan, hasil dari operasi, dan arus kas dalam semua aspek material. Pemeriksaan kecurangan bukan merupakan alternatif lain yang lebih-efektif-dalam-segi-biaya dari audit berdasarkan GAAS.

GAAS memang memberikan petunjuk bagi auditor terkait kecurangan pada standar-audit-terklarifikasi di bawah AU-C bab 240, “Pertimbangan tentang Kecurangan di dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan.” Klarifikasi informasi yang saat ini termasuk di bawah AU bab 316 menetapkan persyaratan yang lebih dapat dipahami dari sisi lagika. (AU-C bab 240 berlaku untuk audit laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada atau setelah 15 Desember 2012.) Topik yang dicakup termasuk pandangan terhadap lingkungan yang dapat berujung pada kecurangan, bukti yang perlu dicari dalam audit berdasarkan GAAS yang dapat mengindikasikan kecurangan, tipe-tipe prosedur audit tambahan yang dapat digunakan untuk menentukan apakah kecurangan terjadi. Lampiran A sampai AU-C bab 240 meliputi contoh factor-faktor yang kondusif menyebabkan terjadinya kecurangan. Lampiran B meliputi contoh-contoh prosedur audit yang memungkinkan untuk menyikapi penilaian tentang risiko kesalahan penyajian material dari kecurangan. Lampiran C mengandung contoh kondisi-kondisi yang dapat mengindikasikan kemungkinan terjadinya kecurangan. GAAS memberikan petunjuk kepada auditor untuk menidentifikasi, mencari, dan mendeteksi kecurangan, tetapi tidak menjamin bahwa auditor yang sepenuhnya menaati GAAS akan mengungkapkan semua kesalahan material atau kecurangan karena sifat kecurangan dan jangkauan audit berdasarkan GAAS.

Pada 22 Februari 2007, Dewan Penasihat Aktif Badan Pengawas Akuntansi Perusahaan Terbuka (PCAOB) bertemu untuk mendiskusikan prosedur audit forensik. Kelompok ini menemukan bahwa:

Meski AU bab 316 menyatakan bahwa orang-orang dengan spesialisasi keahlian forensik dapat ditugaskan pada pemeriksaan sebagai respon dari identifikasi risiko kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh kecurangan, bab tersebut tidak mengamanatkan bahwa akuntan forensic berpartisipasi dalam audit tersebut. Ketika auditor menemukan indikasi kemungkinan terjadinya kecurangan, dan ketika tendensi terjadinya kecurangan semakin tinggi, kualitas audit dapat ditingkatkan dengan mewajibkan akuntan forensic untuk turut serta dalam proses pemeriksaan. Namun, Dewan Efektivitas Audit (PAE) tidak menyarankan untuk mewajibkan auditor didampingi akuntan forensic, dan standar sementara PCAOB tidak memasukkan kewajiban seperti itu (http://pcaobus.org/News/Events/Documents/02222007_SAGMeeting/Forensic_Audit_Procedures.pdf).

Sebagai tambahan, Standar Auditing (AS) PCAOB yang fokusterhadap kecurangan dan cara untuk mendeteksinya di dalam pemeriksaan laporan keuangan –khususnya AS 11, Pertimbangan Kematerialitasan dalam Merencanakan dan Melaksanakan Audit, dan AS 12, Mengidentifikasi dan Menilai Risiko Kesalahan Penyajian Material, telah diterbitkan untuk pemeriksaan laporan keuangan untuk tahun pajak yang mulai pada atau setelah 15 Desember 2010.

Standar umum mewajibkan auditor menerapkan kewajiban kepedulian profesional. Ketika dihadapkan pada indikasi kecurangan, auditor sebaiknya mempertimbangkan untuk melibatkan spesialis forensic pada perjanjian; namun, ini tidak diharuskan, maupun berbeda dari kewajiban auditor untuk menerapkan penilaian professional yang pantas dalam administrasi dan pelaksanaan perjanjian, termasuk keputusan kapan akan menggunakan spesialis.

Pemeriksaan kecurangan terhadap semua saldo material perusahaan dapat dilakukan, tapi dengan berapa biaya ekonomi, jangka waktu, dan kehilangan relevansi? Untuk menyatakan sebuah audit GAAS seharusnya mendeteksi semua kecurangan material, tanpa gagal, sama saja dengan mengatakan keseluruhan kerangka kerja audit harus diganti untuk menduga, di awal, bahwa kecurangan telah terjadi dan untuk mengaudit sesuai dengan dugaan tersebut (seperti pemeriksaan kecurangan). Intinya, ini menempatkan Firma Audit dalam posisi penjamin laporan keuangan–sebuah posisi dengan struktur ekonomi yang unik dan sangat berbeda.

Apakah Kecurangan akan Musnah?

Kecurangan telah terjadi sejak awal sejarah yang terekam. Tetapi, sebelum menanyakan apakah kecurangan dapat berhenti, seseorang harus mengetahui makna sebenarnya dari kecurangan. Kamus Hukum Black (Hitam?) mendefinisikannya sebagai “kesalahan penyajian kebenaran dengan sadar atau penyembunyian fakta material untuk mendorong orang lain untuk bertindak merugikan diri mereka sendiri.” Sudah jelas, sengaja memalsukan informasi yang disajikan untuk pihak ketiga dalam laporan keuangan merupakan sebuah kecurangan.

Kecurangan telah ada sejak masa alkitab. Ular yang dapat berbicara  di dalam Taman Surga Eden mengelabui Hawa agar memakan buah terlarang, atau sebagaimana tercantum dalam kitab Genesis. Salah satu contoh kecurangan keuangan terdahulu dari sejarah Yunani kuno terkait dengan Isocrates, sekitar tahun 393 sebelum masehi. Dia menceritakan Bankir di Athena yang menyalahgunakan simpanan, menipu, memalsukan, mencuri kontrak, dan menyogok orang lain. Kasus kecurangan terjadi lebih sering saat ini karena kompleksitas dan kecepatan transaksi bisnis dan kemajuan pesat teknologi.

Kecurangan akan tetap ada, terlepas dari segala bentuk perlindungan ekonomis yang aman, karena keserakahan seringkali menjadi bagian dari pengasuhan manusia, dan ketidaktulusan manusia tidak mengenal batas. Untuk menyatakan bahwa seseorang dapat mengaudit secara ekonomis demi mendapatkan segala bentuk kecurangan material atau signifikan, adalah tidak mungkin; sebaliknya, prosedur pemeriksaan dapat ditingkatkan secara terus-menerus apabila kekurangan ditemukan –itulah yang telah dan akan terus dilakukan kalangan profesi. Kecurangan tidak akan pernah dimusnahkan atau dapat terus dideteksi dengan melakukan audit berdasarkan GAAS, tetapi tingkat terjadinya dapat dikurangi.

Siapa yang bertanggung jawab dalam Kecurangan?

Jawabannya sederhana: individu atau kumpulan individu yang melakukan kecurangan tentu bertanggung jawab dalam hal ini. Tetapi jawaban itu belum lengkap. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa orang pernah bertanya tentang tanggung jawab auditor dalam banyak skema Ponzi yang terungkap ketika ekonomi yang terpuruk menguras likuiditas dari pasar. Skema Ponzi berbeda dari kecurangan lain karena biasanya terpusat pada satu individu yang mengklaim bahwa dia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain (misalnya, metodologi atau sistem). Karakteristik ini kembali ke asal-muasal namanya, Charles Ponzi. Bayangkan investor individu dalam skema Ponzi. Apakah mereka semua tidak dapat disalahkan atas kerugian mereka? Apakah mereka bertanggung jawab terhadap keputusan yang mereka buat? Tidak semua dari mereka merupakan “janda dan anak yatim” –seringkali, mereka cukup berpendidikan atau mengikuti contoh dan nasehat orang-orang yang seharusnya menguasai bidang keuangan. Bayangkan institusi dan lembaga yang berinvestasi dengan Madoff: Apakah mereka tidak melihat tingginya tingkat pengembalian, tanpa dipengaruhi kondisi pasar? Apakah keserakahan yang memotivasi mereka? Skema Ponzi terjadi karena keserakahan dan keawaman investor yang memberikan uang mereka kepada penipu. Seberapa banyak penelitian yang mereka lakukan sebelum menanamkan modal? Mereka turut bertanggung jawab terkait kerugian mereka.

Terkait “bendera merah” yang disebut oleh orang-orang yang berusaha untuk menilai siapa yang salah, kita juga harus mempertimbangkan apakah mereka benar-benar “merah” pada waktu yang dimaksud. Melihat skema Madoff, banyak komentator menyebut bendera merah seharusnya telah diketahui oleh para auditor pemasok dana. Salah satu bendera merah yang diklaim adalah sebuah laporan MarHedge pada Mei 2001 (publikasi perdagangan hedge fund/dana proteksi) oleh Michael Ocrant, “Madoff Memuncaki Grafik; Orang Skeptis Bertanya Bagaimana.” Dalam laporan ini, Investasi Sekuritas Bernard L. Madoff (BMIS) digambarkan memiliki 600 klien broker utama dan menjadi satu dari tiga penggerak pasar (market maker) di Bursa Nasdaq. Laporan itu juga menyatakan bahwa jika BMIS disebutkan “ke siapapun yang bekerja di Wall Street dalam waktu 40 tahun terakhir … kamu akan segera dikenali/diakui.” Lebih lanjut, artikel itu juga menyatakan bahwa “Madoff mengoperasikan satu dari ‘pasar ketiga’ yang paling sukses dalam memperdagangkan ekuitas setelah jam transakisi regular, dan merupakan sebuah penggerak pasar aktif di pasar modal Eropa dan Asia.

Lebih penting lagi, artikel ini memasukkan sebuah diskusi yang disebut beberapa orang sebagai bendera merah. Tetapi seberapa merah bendera tersebut pada waktu itu jika bendera-bendera tersebut telah dikenal oleh komunitas investasi pada May 2001 dan BMIS terus tumbuh dari segi ukuran, berurusan dengan publikasi yang paling diincar masyarakat? Dengan Review 20/20, observasi ini kini diberi label bendera merah. Bagaimana mungkin sebuah kondisi yang sangat jelas di komunitas ekonomi yang berhubungan dengan BMIS sehari-hari, tetapi tidak memengaruhi kelanjutan kegiatan BMIS pada komunitas keuangan, seharusnya menjadi bendera merah bagi auditor pemasok dana? “Terlalu Stabil” dibahas secara khusus dalam artikel: “Bahkan di antara empat dari lima professional yang menyatakan pengertian atas strategi yang diambil dan tidak mempunyai banyak kesulitan dalam menerima tingkat pengembalian yang dilaporkan telah dihasilkan, sebagian besar masih percaya bahwa, jika tidak ada yang lain, Madoff pasti menggunakan saham dan opsi lain daripada yang tersedia di S&P 100.”

Investor yang kompeten dan memenuhi kualifikasi, beberapa di antaranya merupakan pemimpin terkenal dan berpengalaman di komunitas investasi, melihat hasil, faktor terlalu stabil, dan karakteristik operasional yang sama pada Madoff dan BMIS; setelah mengevaluasinya, mereka tetap berinvestasi dengan Madoff. Sebagai tambahan, penanam modal termasuk universitas, dana perwalian, dan pension & dana rencana, kesemuanya memiliki, atau seharusnya memiliki, nasehat investasi yang kompeten dari konsultan berbayar atau anggota komunitas investasi yang kompeten atau komite sejenis. Ada beberapa pertanyaan untuk dipikirkan: Bukankah mereka semua melihat hasil yang sama? Bukankah banyak dari mereka mempunyai pemahaman yang dalam tentang investasi, dan bukankah itu alasan kenapa mereka ditempatkan dalam komite investasi? Mengapa mereka tidak melihat beberapa bendera merah yang saat ini beberapa orang sebut seharusnya telah dilihat auditor? Pola fakta yang sama yang terdapat dalam review 20/20 ini juga terdapat dalam skema Ponzi lain dan dalam tuntutan terhadap auditor.

Dalam melihat skandal keuangan saat ini, beberapa merujuk pada MF Global sebagai kegagalan audit; namun, terlalu dini untuk menentukan apa yang sebenarnya terjadi pada MF Global. Pemberitaan yang terjadi bersamaan dengan penulisan artikel ini menandakan bahwa penyimpangan dana klien terjadi dalam hari-hari terakhir keberadaan perusahaan dan bukan sepanjang keberadaannya, ketika waktu itu mungkin dapat ditemukan di dalam audit berdasarkan GAAS. Dalam beberapa kasus terkait dengan skandal keuangan terkini, beberapa orang menganggap auditor seharusnya telah mengetahui kecurangan pada saat mereka mengaudit berdasarkan GAAS. Kinerja auditor, pada banyak kegagalan audit yang diklaim ini, belum pernah diselidiki secara penuh oleh organisasi mandiri. Jika kegagalannya telah pernah dinilai, maka auditor dapat dibebaskan dari tuduhan atau dihukum berdasarkan studi analisis tentang kepatuhan auditor terhadap standar, termasuk penerapan kewajiban professional.

Dalam banyak kegagalan bisnis yang dipublikasikan, pertanyaan yang tidak selalu dijawab atau diperhatikan adalah apakah risiko kegagalan bisnis yang menyebabkan kerugiannya. Auditor tidak memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan model suatu bisnis bebas dari risiko dan tidak dapat gagal. Tidak terdapat ketentuan dalam GAAS, laporan auditor, peraturan SEC, maupun literatur bisnis dan auditing bahwa auditor merupakan penjamin kesuksesan atau kegagalan suatu strategi bisnis. Tidak mungkin untuk mengaudit sebuah perusahaan jika auditor juga bertanggung jawab akan kesuksesan atau kegagalan model bisnis perusahaan.

Apakah Profesi Akuntan sama sekali tidak bersalah?

Kalangan profesi akuntan, jauh dari tidak dianggap bersalah ketika skandal keuangan terjadi, bahkan sering dianggap turut bertanggung jawab. Tetapi untuk dapat secara pantas menilai pihak yang bersalah, seseorang harus mencari akar permasalahan kecurangan. Hanya dalam beberapa kasus, seperti E.S.M. Government Securities, Inc. dan Wedtech Corporation (dan, yang terbaru, kegagalan BMIS), terdapat seorang audit dari luar yang terlibat aktif dalam kecurangan. Bagian keuangan dan pegawai lainnya dari sebuah perusahaan –yakni, orang yang melakukan kecurangan itu sendiri– bertanggung jawab penuh terhadap kesalahan dan menghasilkan kerugian pihak ketiga. Manager-pemilik perusahaan dan orang lain yang bekerja aktif dalam bisnis dan berhubungan langsung atau mengawasi para pelaku, juga bertanggung jawab.

Auditor seharusnya dianggap bertanggung jawab secara sekunder jika –dan hanya jika– mereka gagal mengikuti GAAS ketika memeriksa perusahaan dan tidak menerapkan penilaian professional yang pantas ketika merencanakan audit, merancang prosedur audit, dan mengevaluasi temuan audit. Sebagai konsekuensinya, memberikan opini pada kondisi tersebut bahwa laporan keuangan dilaporkan secara wajar sesuai GAAP atau kerangka akuntansi lain yang diterma ketika sebenarnya mereka tidak, harus menjadi poin hukuman sipil atau kriminal bagi auditor, tergantung dari faktanya.

Ketika mengevaluasi kecurangan besar pada AIG dalam Etika Akuntansi … dan Sistem Keuangan Dunia yang Hampir Anjlok, Michael Pakaluk dan Mark L. Cheffers mengatakan, diantaranya:

Terlalu sering auditor eksternal dituduh sepenuhnya ketika ketidaksesuaian pelaporan keuangan muncul. … Oleh karena itu semua kritik pada audit eksternal akan difokuskan pada kekurangan pemeriksaan yang sebenarnya. Tetapi, meski terlihat bahwa kekurangan pemeriksaan telah terjadi, fakta dan kondisi di sini menunjuk terutama menyebarluasnya kekurangan dalam etika perilaku dan profesionalisme di antara Auditor-Publik-Bersertifikat (CPA) internal di seluruh lini organisasi AIG.

Banyak individu yang bertanggung jawab dalam terjadinya penipuan dan kesalahan penyajian laporan keuangan tidak dihukum, termasuk para individu dalam perusahaan yang memejamkan mata terhadap apa yang terjadi. Perusahaan, yang langsung terlibat, dan penjamin menanggung aksi sipil yang paling berat; auditor juga merupakan subjek dari penuntutan sipil terkait kerusakan dan, di beberapa kasus, penuntutan criminal.

Apakah Auditor Seharusnya Bertanggung Jawab Menemukan Kecurangan?

Audit berdasarkan GAAS yang dilaksanakan dengan baik tidak menjamin bahwa laporan keuangan yang diaudit tidak menjamin kesalahan material atau kecurangan; audit berdasarkan GAAS mengurangi risiko kesalahan material dan kecurangan yang terdapat dalam laporan keuangan yang diaudit menjadi sangat rendah. Audit harus dirancang untuk mengungkapkan kesalahan material atau kecurangan, ketika itu benar-benar terdapat dalam laporan keuangan. Auditor harus mengevaluasi kepantasan perkiraan dan keputusan manajemen dalam menyiapkan laporan keuangan untuk menentukan jika laporan tersebut benar-benar wajar.

Review bukan merupakan alat ukut yang cocok untuk mengevaluasi kinerja auditor. Fakta dan kondisi yang ada pada saat pemeriksaan dan pada saat auditor melapor perlu untuk dievaluasi. Bahkan, benar bahwa orang yang pantas melihat pada seperangkat fakta dan kondisi yang sama dapat menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Isunya dapat dibingkai dengan pertanyaan berikut: apakah penilaian yang pantas telah diterapkan? Hanya mengatakan bahwa penilaian professional terlibat dalam proses tidak serta merta menjamin kegagalan audit tidak akan terjadi; auditor harus mengandalkan penilaian professional yang pantas berdasarkan fakta dan kondisi yang diketahui pada saat tersebut.

Apakah Isu tersebut dapat diselesaikan?

Kutipan yang disebutkan di awal dari Winston Churchill dapat diuraikan untuk menggambarkan dunia pemeriksaan laporan keuangan: Banyak bentuk pemeriksaan yang telah diusulkan, dan akan terus diusulkan di dunia penuh ketidaksempurnaan dan kecurangan ini. Tidak ada yang menganggap bahwa pemeriksaan laporan keuangan berdasarkan GAAS itu sempurna dan tidak ada cacatnya. Memang, telah dikatakan bahwa audit berdasarkan GAAS merupakan bentuk pemeriksaan laporan keuangan terburuk, kecuali semua bentuk yang telah diusulkan, tetapi gagal dalam member hasil yang diinginkan –dapat diandalkan, tepat waktu, dan ekonomis– data keuangan yang terverifikasi.

Kecurangan akan tetap bersama kita, terlepas dari seberapa banyak yang telah dilakukan dalam melindungi dari kecurangan dan mendeteksinya. Untuk mencari dunia di mana semua kecurangan material akan dideteksi dengan pemeriksaan, baik dengan mengikuti GAAS atau standar lain atau hanya dengan mengintensifkan prosedur audit, sama saja dengan mengklaim bahwa tindakan kriminal dapat dihapuskan hanya dengan meningkatkan jumlah aparat penegak hokum. Memiliki peraturan hukum dan auditing untuk mencari kecurangan material pada dasarnya mengurangi potensi terjadinya tindakan kriminal dan kesalahan penyajian laporan keuangan yang material. Tidak ada yang mengatakan bahwa Negara polisi atau pemeriksaan mendalam pada setiap transaksi dapat menjadi obat dari semua kriminalitas dan kecurangan.

Ide bahwa pemeriksaan kecurangan harus mengatur standar pelaporan keuangan adalah, pada awalnya, tidak realistis. Itu lebih dari sekedar masalah biaya –ketepatan waktu pelaporan keuangan, khususnya pada masa ini dimana transaksi ekonomi meningkat dengan cepat dan semakin kompleks, sangat penting agar terkait relevansinya. Dari mana kita dapatkan semua auditor yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemeriksaan intens dalam jangka waktu yang singkat? Apa yang akan mereka lakukan setelah “masa sibuk” berakhir? Berapa biaya “nyata” yang pantas untuk membangun sebuah analisis biaya-manfaat yang tepat?

Salah satu resolusi adalah dengan menjadikan auditor sebagai penjamin. Auditor seperti itu dapat menjamin akurasi laporan keuangan, dengan menggunakan nilai materialitas sebagai factor pengurang sesuai kebijakan dan mengenakan biaya untuk audit dan premi untuk pertanggungan asuransi. Biaya asuransi dapat bervariasi berdasarkan kualitas laporan keuangan yang ditentukan dalam proses pemeriksaan. Opininya akan menyatakan jaminan maksimum sesuai kebijakan. Nominal yang dijamin dapat didasarkan pada persentase kapitalisasi pasar rata-rata sesuai dengan jangka waktu tertentu, atau ketentuan lain yang dapat diterima. Tapi apakah hal tersebut dapat memberikan pasar dan pengguna pihak ketiga produk yang lebih baik, lebih dapat diandalkan, dan lebih relevan? Penulis ini meragukannya.

Metodologi yang dapat diandalkan dan berkelanjutan

Joseph Wells, pendiri dan ketua ACFE, menyatakannya dengan baik ketika dia menulis:

Tapi hal ini [kecurangan yang tak terdeteksi dimana firma akuntansi membayar jumlah yang signifikan untuk menyelesaikan tuntutan] tidak menggambarkan keseluruhan cerita. Para Auditor Publik Bersertifikat (CPA) mendeteksi banyak kecurangan laporan keuangan, penggelapan dan pelanggaran pajak sebelum kecurangan itu menjadi masalah yang serius (“Oleh karena itu mengapa disebut Skema Piramida,” Jurnal Akuntansi, Oktober 2000).

Karena sifat dari kecurangan; sifat dasar manusia dan pola pengasuhan; ketidaktulusan manusia; peningkatan volume, kecepatan, dan kompleksitas transaksi bisnis dan investasi; kemajuan teknologi baru; dan kebutuhan akan pelaporan keuangan yang dapat diandalkan, relevan, dan tepat waktu, maka audit berdasarkan GAAS yang dilakukan dengan baik merupakan produk terbaik yang tersedia atau yang terpikirkan, meskipun pada beberapa kasus dapat memicu auditor mengeluarkan opini yang keliru pada laporan keuangan yang diaudit.

Ketika audit berdasarkan GAAS gagal dalam mengungkapkan kesalahan material atau kecurangan dalam laporan keuangan, kinerja auditor dan implementasi GAAS selama proses pemeriksaan harus dievaluasi sebelum tuduhan dijatuhkan. Audit berdasarkan GAAS memang tidak sempurna; namun, jika dilakukan dengan baik, itu mengurangi risiko auditor mengeluarkan opini yang salah menjadi sangat kecil. Lebih jauh, auditor bukan merupakan penjamin laporan keuangan perusahaan atau model bisnis ketika telah dilakukan audit berdasarkan GAAS dengan baik.

Kalangan profesi mempunyai metodologi yang dapat diandalkan dan berkelanjutan untuk menyikapi permasalahan auditing dan membuat perubahan yang beralasan. Pada tahun 1931, George May menulis bahwa “akuntan berjiwa besar yang mengambil profesi ini memegang tanggung jawab etika yang tinggi … tidak ada praktisi yang memegang tanggung jawab etika yang lebih besar dibandingkan tanggung jawab kepada orang-orang yang tidak secara langsung menjadi kliennya … yaitu melaksanakan akuntansi sebagai kekuatan social.” Terlepas dari apa yang telah terjadi sejak saat itu, semangat yang sama masih hidup saat ini di dalam Kode Etik Profesional AICPA, khususnya dalam Pasal III, “Kepentingan Umum.”

Standar profesi telah meningkat secara signifikan sejak George May dan Robert Montgomery mempraktekkan auditing. Sistem yang berlaku yang secara terus-menerus menyadari ketika perubahan dibutuhkan, hal itu akan dicapai. Dua tokoh besar profesi ini akan bangga kalau mengetahui seberapa yang telah kita capai dalam meningkatkan kualitas serta keampuhan standar saat ini. Tapi tidak satupun dari mereka yang menganggap bahwa audit dapat mendeteksi semua kecurangan dengan sempurna, tanpa memandang seberapa rumit skema kecurangannya; mereka menyadari bahwa ada keterbatasan yang melekat pada audit.

EXHIBIT 1

Dua Kasus Awal yang Menghasilkan Perubahan dalam Standar Pemeriksaan

Perusahaan
Perubahan dalam Prosedur Pemeriksaan

Kreuger & Toll
Membantu dalam pembuatan dukungan pada Undang-Undang Perdagangan Sekuritas 1933 dan 1934 dan, hasilnya, ketentuan tentang semua perusahaan terbuka harus diaudit

McKesson & Robbins
Memicu pembuatan ketentuan untuk mengkonfirmasi piutang dan mengawasi barang persediaan, sekaligus sebagai review yang lebih besar pada pengendalian internal

EXHIBIT 2

Perbedaan antara Auditing dan Pemeriksaan Kecurangan

Area
Auditing
Pemeriksaan Kecurangan

Tujuan
Tujuannya adalah untuk memperoleh materi bukti kompeten yang cukup untuk menyediakan dasar yang cukup beralasan untuk memberikan opini terhadap laporan keuangan.
Tujuannya adalah untuk menentukan apakah kecurangan telah atau sedang terjadi, dan menentukan siapa yang bertanggung jawab dalam kecurangan tersebut. Pemeriksaan kecurangan dilakukan hanya dengan dasar yang cukup untuk menduga bahwa kecurangan memang telah terjadi.

About these ads

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun