Hingga tiba-tiba....ada seorang mbah, seorang kakek....yang memanggil saya....ohhhhhh.......but he was the only person I met...jadi...saya tak takut..karena I desperately needed to make sense of what was happening.
"Panjenengan menika bade tindak pundi?"Â
"Panjenengan menika bingung........
Beliau berbicara dalam bahasa Jawa.....dan saya pun lemas.....and I think he knew what was going on. He must've been seeing me going back and forth...muter muter di situ.
Why didn't I see him before....?
Saya lemas...dan hanya bisa memandangi wajahnya....dan mendengarkan kata-katanya yang diulang-ulang.
Saya pun menjawab....."Mbah, Jogja niku arahe pundi......."
Saya hampir menangis....dan untunglah....kaca buram helm ini menyembunyikan mata saya.
Saya tak mau mengakui bahwa saya ketakutan....saya pun berkata,"Menawi... kulo dereng sarapan, Mbah."
Mbahnya pun berkata...."Lurus mawon......"Â
Saya masih ingat bahwa saya diminta untuk lurus dan tidak tergiur untuk belok sampai menemukan jalan besar.