Mohon tunggu...
suray an
suray an Mohon Tunggu... Guru - A Daddy of Two

Currently residing in Jogja. Loves traveling, watching movies, listening to music. Carpe Diem: a motivation to enjoy even trivialities in life.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Covid-19 Malah Bikin Fesyen Semakin Trendi?

28 Juli 2020   07:10 Diperbarui: 28 Juli 2020   07:17 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum membaca, saya perlu membuat disclaimer bahwa foto yang menyertai tulisan ini memang baju trendi kesayangan saya dan tentu saja tidak saya pakai kalau pas video call. Silakan mulai membaca ocehan saya. 

Kalau pertanyaan "Apakah Covid-19 malah bikin fesyen jadi trendi?" dijawab dengan bukti semakin dan justru tetap maraknya bisnis baju online saat ini, maka belum tentu juga itu benar. 

Kalau pertanyaan itu dijawab dengan bukti semakin menjamurnya bisnis jualan masker-masker warna-warni dengan berbagai corak dan gaya, maka mungkin itu ada sedikit benarnya. 

Namun, apakah yang namanya "fesyen trendi" itu hanya gara-gara banyak orang pakai masker yang kini jadi barang "wajib" itu? Hmm...kalau "trendi" itu dimaknai sebagai 'bergaya mutakhir' alias gaya yang paling terakhir atau akhir-akhir ini kita lihat, maka Covid-19 telah berhasil bikin tren fesyen yang baru. 

Lihatlah di sekitar kita, masker pun dicorakpadukan dengan warna baju yang dipakai orang saat itu. Bahkan, ada bentuk masker uamg disamakan dengan wajah pemakainya. 

Malah, masker bergambar bibir kita pun sudah bukan barang asing lagi. Ini baru bicara masker kain, karena masker medis pasti hanya itu-itu saja dan itu bukan yang saya bicarakan kali ini. 

Syukurlah, memakai masker bukanlah isu besar yang dipolitisir seperti di beberapa negara lain yang sampai berkubu-kubu pro dan kontra. Syukurlah, saya melihat di negeri kita--walaupun ada denda segala di beberapa tempat--kita tetap bisa menyaksikan bahwa orang yang pakai masker terlihat lebih banyak dibanding yang tidak memakai. Syukurlah.

Kembali ke pertanyaan tadi, apa benar Covid-19 malah bikin fesyen semakin trendi. Maka, saya mau menjawab pendek: TIDAK!

Mengapa begitu?

Sejak work from home dari rumah sejak pertengahan bulan Maret 2020, ternyata saya amati bahwa saya punya kaos yang saya sukai. Alasannya mudah, kaos tanpa kerah itu kaos terenak sedunia. Seminggu bisa 3 kali dipakai. Tentu saja dicuci pakai dicuci pakai. 

Ada lagi beberapa kaos yang kalau saya amati.......juga sering saya pakai. Bagaimana tahu? Gara-gara lihat foto-foto screencapture saat obrolan dan pertemuan daring dengan orang-orang lain semala masa DRS (baca: di rumah saja). 

Pantesan, kaos saya semakin enak dipakai dan semakin banyak bolong-bolong kecilnya. Bukannya saya malah benci, justru saya semakin menyukainya. Lagi-lagi karena saking enak dan fluffy-nya rasa kaos itu. 

Jarang sekali saya pakai batik seperti biasanya. Rapat daring pun tak lagi pakai batik atau baju berkrah resmi. Rapat daring pun saya hanya pakai kaos tapi berkerah. Namun, intinya saja: bajunya berbahan kaos. 

Terkadang saya sempat mikir sopan tidaknya rapat pakai kaos. Tetapi, kegusaran itu seketika itu sirna dan kalah dengan "keinginan" saya untuk nyaman di rumah. 

Yang penting ada kerah! ya ada kerah walapun bahannya kaos. Simpel. Kerah paling tidak menunjukkan bahwa kita menghargai orang lain saat bertemu karena kerah menunjukkan suasana yang *katanya* formal. 

Namun, ya itu tadi. Baju berkerah, hem kemeja panjang dll dll...sudah hirna dan hilang dari jangkauan tangan dan hati saya. Mereka teronggok di lemari tanpa pernah saya sentuh. 

Intinya: work from home.....lewat daring hanya  "mewajibkan" saya tampil rapi di bagian pundak ke atas! hahaha. Itu pemikiran simpel saya. Terserah saya pakai celana panjang atau kolor--yang lagi-lagi saya juga punya kolor terenak sedunia yang selama 5 bulan ini sering dipakai--itu tak akan terlihat di video call dengan teman-teman kantor atau tak mungkin terlihat oleh lawan bicara saya. hehehe. 

Saya kira banyak orang yang berpikiran sama.

Kalau apa yang saya gambarkan tadi adalah kenyataan selama masa Covid-19 ini, maka.......sepertinya kog Covid-19 justru tidak bikin saya malah trendi dalam berfesyen. Karena fesyen saya justru itu dan itu saja. Atau....jangan-jangan itu yang namanya trendi? Karena trendi bisa juga bermakna 'memilik tren' atau 'mengetren'! 

Jika di dunia ini justru semakin banyak orang yang seenaknya (dalam artian positif) ingin membuat dirinya nyaman di rumah selama bekerja dari rumah atau selama mengurung diri di rumah, maka......kaos terenak sedunia seperti punya saya....mungkinkah ini bisa dianggap sebagai fesyen trendi juga? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun