Mohon tunggu...
suray an
suray an Mohon Tunggu... Guru - A Daddy of Two

Currently residing in Jogja. Loves traveling, watching movies, listening to music. Carpe Diem: a motivation to enjoy even trivialities in life.

Selanjutnya

Tutup

Film

Catatan Setelah Binge-Watching "Love, Victor"

18 Juni 2020   22:46 Diperbarui: 19 Juni 2020   17:06 4051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang tua Victor sudah lama sering bertengkar dan terdapat benih-benih perceraian walaupun mereka adalah pasangan sejak SMA. Adiknya Victor masih belum bisa fit in dengan lingkungan barunya, dan masalah-masalah lain.

Victor sendiri....tahu hal itu dan dia merasa ada yang tak beres dengan hubungan orang tuanya. Perlukah dia menambahi hal itu dengan kebimbangan seksualitasnya?

Sebagai seorang remaja yang sedang mencari jati diri, dia ternyata seorang fixer, seorang peacemaker alias seseorang yang justru hadir di tengah-tengah situasi sulit orang lain, terutama keluarganya dan dia bisa menjadi pemberi secercah harapan dengan ide-ide, tindakan spontannya, atau pun perkataannya.

Namun, ternyata....walaupun dia fixer buat problematika orang lain, justru dialah yang harus melupakan atau terpaksa memendam masalah besarnya sendiri, dan itu berarti dia harus berpura-pura untuk menjadi orang lain atau menyenangkan orang lain. Dia tahu sebenarnya bahwa dia seorang gay atau punya kecenderungan lebih untuk ke sana, namun situasi dan keadaan diri dan lingkungannya memaksanya untuk belum saatnya menjadi dirinya sendiri. Selama 10 episode, itulah rollercoaster yang terlihat natural penggambarannya.

Semua ditambah parah ketika secara out of twist, Victor (mencoba) pacaran dengan Mia, seorang gadis yang banyak diincar para cowok lain di SMAnya.

Namun, di saat yang sama dia juga terlihat naksir dengan Benji, teman satu sekolahnya. Parahnya, Victor harus setiap hari bekerja paruh waktu di sebuah cafe bersama dengan Benji. Tentu saja, dia berada dalam rollercoaster yang bisa jadi semuanya out of control.

Namun, karena ini drama remaja yang sebenarnya mau ditayangkan di Disney+ Channel (walaupun akhirnya di Hulu), maka dari awal sudah bisa diduga bahwa semua penggambarannya tak akan dibuat kelewat batas. Semua tetap terlihat aman ditonton walaupun ada yang nyrempet-nyrempet dikit.

Tetapi, sepertinya LV akan terkenal sampai kapan pun dengan adegan fantasinya Victor yang melibatkan coffee maker machine, susu, dan Benji! Ya, saya tak menyangka bahwa mesim pembikin kopi bisa dibuat menjadi sensual seperti yang digambarkan dalam LV. Namun, saya tetap merasa bahwa semua masih dalam batas wajar, natural, nyata, dan lucu.

Yup, itu digambarkan bak fantasi. Rasa sukanya Victor terhadap Benji hanya bisa dipendam. Itulah yang digambarkan dalam 10 episode LV ini. Seakan-akan LV ini menyuarakan para kaum yang masih dan akan terus closeted alias tertutup dan memendam diri yang sengaja menyimpan erat dan dalam-dalam kepribadian mereka. Mending disimpan, bahkan banyak yang menyangkal ketertarikan semacam itu. Lagi-lagi, itulah yang tergambarkan di LV ini.

Saya sangat terkesan dengan gaya penceritaan LV yang mampu memberikan adegan-adegan memorable yang tak terhitung, terutama saat Victor harus mau tak mau dan berkali-kali mengorbankan perasaan dirinya demi ketenangan keluarganya. Apalagi dia adalah anak laki-laki pertama di keluarganya yang secara verbal digadang-gadang oleh ayah, terutama kakeknya yang konservatif untuk memberikannya keturunan Salazar nanti. Ucapan itu tepat disampaikan keras-keras pas di hari ultahnya yang ke-16 saat Victor masih mencari jati dirinya. Itu baru secuil kehidupan Victor yang secara terus menerus di banyak adegan pintar berbohong bahwa segalanya baik-baik saja demi menyenangkan orang lain: orang tuanya, keluarga besarnya, adiknya, teman-temannya, dan komunitasnya.

Saya juga sungguh terkesan dengan penggambaran hubungan seorang ibu dan anak laki-lakinya: Ibunya Victor dan Victor sendiri. Sungguh mengesankan. Banyak adegan saat mereka berdua bicara pelan dan bahkan tanpa bicara. Namun, keduanya saling tahu. Walaupun...tentu saja....ibunya tak tahu bahwa Victor punya rahasia. Sebaliknya, Victor pun (sempat) tak tahu bahwa ibunya juga punya rahasia yang bisa menggoncang semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun