Tukar pecahan seribu. Itu yang selalu saya siapkan ketika akan bepergian dengan moda transportasi darat yang satu ini. Metromini atau bis kota. Kenapa begitu?  Kalau tidak kuat tahan malu sediakan recehan. Diantara pengamen dan pengemis yang berkeliaran di metro mini kadang menunjukkan prilaku yang kurang mengenakan. Terkesan memaksa, bahkan bahasanya juga kasar dan tak segan-segan memaki penumpang yang enggan mengulurkan tangan. Jika dalam satu rute saya menemui lebih dari lima pengamen dan pengemis, berapa jumlah recehan yang harus dikeluarkan . Apalagi harus berganti 2 atau 3 anggkutan untuk satu tujuan. Seperti yang saat ini saya lalui, harus naik rute 07, 17, dan 66.
Namun, tidak semua pengamen mempunyai karakter yang keras dan arogan. Justru kehadiran penjaja seni di metro mini terkadang juga member hiburan ditengah perjalanan yang sangat tidak nyaman ini. Sesaknya jalanan, bunyi klakson yang bersahut-sahutan, teriakan kondektur ke sasama pengendara lain yang memecahkan telinga. Belum lagi sopir metro mini yang sekelas  pembalap F1, A1, Nascar, Rally atau yang lainnya yang cukup memacu andrenalin.
Sebagai  warga yang sering mengandalkan jasa angkutan mentro mini untuk bepergian yang kira-kira cukup lelah jika harus mengendara sendiri, saya mempunyai kecenderungan untuk mengamati hadirnya pengamen-pengamen yang silih berganti mengais rezeki di metro mini. Dari sekian pengamen yang saya amati, saya dapat mengkategorikan mereka dalam beberapa kelompok, sesuai dengan modal dan kemampuan mereka saat bekerja, diantaranya :
1. Pengamen murahan. Golongan ini yang paling bikin sebel dan kesel. Mereka terkesan meminta-minta dan memaksa. Disamping suaranya yang kadang bikin sakit telinga, mereka bernyayi dengan setengah hati.  Golongan ini biasanya adalah anak-anak muda dengan penampilan yang membuat anak-anak takut ( mata mereah, badan bertato, pakaian dekil dan bau)Belum selesai satu lagu mereka sudah menyodorkan topi atau kantong permen yang sudah disiapkan. Kalau tidak mendapatkan tanggapan, mereka tak segan-segan memaki dan berkata kasar.
2. Pengamen sederhana/standar. Golongan ini yang paling banyak ditemui di metro mini. Hanya dengan modal tepuk-tepuk tangan, beras yang dimasukkan dalam botol aqua bekas, atau krecekan sederhana mereka membawakan lagu yang kadang tidak nyambung dengan irama yang dimainnya. Sebagian besar dari pengamen golongan ini adalah ibu-ibu dan anak-anak di bawah umur. Lagu yang dibawakan juga lagu-lagu jadul yang mereka sendiri tidak hafal syairnya.
3. Pengamen kelas ekonomi. Golongan ini yang mulai mendapatkan simpati dari para penumpang. Mereka biasanya sudah mempunyai karakter suara yang layak didengar, dilengkapi dengan alat music berupa gitar atau biola. Lagu-lagu yang mereka nyanyikan juga kekinian. Penampilannya lebih rapi dan prilakunya lebih santun saat menghampiri pemunpang untuk mengais recehan.
4. Pengamen Kelas bisnis. Nah golongan ini yang cukup membuat saya nyaman. Kehadiran mereka bisa menggantikan hiburan yang tidak kita dapatkan dari angkutan ini. Golongan ini sepertinya tidak menjadikan kegiatan mengamen sebagai upaya untuk mendapatkan recehan semata. Kehadiran mereka yang biasanya lebih dari satu orang (kelompok) dilenggakpi dengan berbagai jenis alat musik (gitar, drum, biola, dll) walaupun masih dalam taraf yang sederhana. Lagu-lagu yang mereka nyanyikan tidak hanya dari lagu-lagu hitz di tanah air.Â
You and I go hard at each other like we’re going to war
You and I go rough…we keep throwing things and slamming the door
You and I get so dams dysfunctional we stopped keeping score
You and I get sick yeach….. I know that we cant do this no more….
Saat mendengar syair ini mulai dilantunkan oleh empat anak muda dengan petikan gitar yang syahdu,iringan biola yang bikin baper pemumpang dan tabuhan dram  yang membawa alam penumpang serasa di café serta  vokalisnya yang senantiasa senyum dan menundukkan kepala saat beradu pandang dengan penumpang yang takjub dengan penampilan mereka, apakah tega jika kita hanya memberi seribu dua ribu dengan usaha dan kwalitas seni yang mereka sajikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H