Pilihan pribadi
Pilihan strategi investasi yang terdiversifikasi atau terkonsentrasi, menurut saya sebenarnya kembali lagi pada pilihan pribadi masing-masing.
Memang benar bahwa potensi memaksimalkan keuntungan bisa didapatkan bila kita memilih strategi terkonsentrasi. Namun jangan lupa bahwa filosofi "telur di dalam keranjang" itu pun pastilah ada benarnya.
Bagaimana bila ternyata satu-satunya aset investasi atau katakanlah satu-satunya saham yang sudah kita pilih itu ternyata terus turun? Atau bahkan lebih parah, kita salah pilih dan perusahaannya itu bangkrut? Bukankah itu berarti dana investasi kita otomatis hilang seluruhnya?
Terus terang, sampai saat ini saya cenderung meyakini dan menerapkan strategi investasi yang terdiversifikasi. Saya tidak ada masalah dengan pernyataan Buffett yang menyebut diversifikasi sebagai alat lindung ketidak tahuan.
Atau pernyataan yang lebih parah dari para penganut garis keras strategi terkonsentrasi yang menyebut strategi investasi terdiversifikasi hanyalah untuk orang-orang bodoh.
Alasan saya melakukan diversifikasi juga tentu bukan karena dana investasi yang saya punya sudah terlalu besar, seperti alasan Lo Kheng Hong. Namun lebih untuk merasa lebih tenang dan nyaman saja karena sudah membagi-bagi potensi risiko ke dalam beberapa "keranjang".
Dalam berinvestasi, saat ini saya menaruh dana investasi di instrumen saham, reksadana, dan crypto. Porsi terbesar ada di saham, disusul reksadana dan paling kecil ada di crypto. Ini lagi-lagi dengan mempertimbangkan keyakinan pribadi saya terhadap instrumen investasi yang bisa menumbuhkan investasi serta tujuan-tujuan yang ingin dicapai.
Saya juga senang mengumpulkan logam mulia (fisik), tapi sekali lagi saya tak menganggapnya sebagai instrumen investasi, melainkan sebagai alat lindung nilai karena harganya yang cenderung paling stabil dibandingkan aset yang lain, serta sifatnya yang mudah "diuangkan" terutama saat dibutuhkan.
Sampai saat ini saya masih meyakini instrumen saham sebagai tempat paling nyaman sekaligus memungkinkan untuk bisa menumbuhkan dana investasi yang saya miliki dalam jangka panjang.
Sementara di reksadana, saya menaruh dana dengan tujuan tertentu khususnya di jangka pendek dan menengah, misalnya dana pendidikan anak, dan sebagainya.