Bayangkan bila ternyata dana tabungannya itu habis akibat gagal berinvestasi, sementara ia sudah tidak bekerja dan tak punya penghasilan lagi. Bagaimana ia akan membiayai kehidupannya dan keluarganya sehari-hari? Â Â
Sehingga pilihan investasi yang bisa diambil seseorang dalam kategori ini tentu saja haruslah yang bisa memberikan jaminan "keamanan" lebih tinggi, meskipun tentu saja potensi keuntungan yang diberikan pun lebih terbatas.Â
Pilihan investasinya misalnya saja deposito, surat hutang atau obligasi negara.Â
Andaipun berinvestasi saham maka pilihan sahamnya adalah saham-saham yang paling "aman", yang fluktuasi naik turun harga sahamnya tidak terlalu drastis, namun secara historis rutin membagikan dividen.Â
Dalam hal ini, faktor keamanan dan meminimalkan potensi risiko akan lebih dicari daripada memaksimalkan potensi keuntungan.
Tentu saja ini bukan pilihan yang buruk. Hanya hendak menggambarkan bahwa waktu menjadi elemen penting yang bisa memengaruhi sikap dan keputusan investasi kita.
Keputusan baru akan mulai berinvestasi saat kondisi dirasa sudah jauh lebih mapan atau bahkan sesudah mendekati pensiun tetap lebih baik dibandingkan tidak mulai berinvestasi sama sekali.
Toh, tidak pernah ada kata terlambat untuk mulai berinvestasi. Â Â
Seperti yang selalu disampaikan oleh investor bijak, "Waktu terbaik bagi kita untuk memulai berinvestasi adalah sepuluh tahun yang lalu. Waktu terbaik kedua adalah hari ini". Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Waktu sebagai tujuan