Kampanye yang digaungkan oleh AyahASI Indonesia sekaligus menjadi tagline populernya adalah "Karena bikinnya berdua, ngurus anaknya juga berdua".
Kalimat yang sederhana, to the point mungkin terkesan agak "nakal" namun sangat sarat dengan makna. Â Â
Dalam hal memberikan ASI, juga masih ada anggapan keliru. Seolah-olah karena yang bisa menghasilkan ASI adalah si ibu, lalu si ayah seperti tak punya peranan apapun.
Dari materi yang saya dapatkan saat mengikut kelas itu, peranan seorang suami/ayah juga cukup menentukan berhasil atau tidaknya proses menyusui. Â Â
Perjuangan ASI dan dukungan suami
Kalau saya mengingat-ingat kembali proses saat anak pertama kami masih bayi dan menyusu, saya bisa katakan bahwa memberikan ASI pada bayi juga butuh perjuangan.
Saat ini anak pertama kami itu sudah berusia lebih dari 4 tahun. Ia menyusu pada ibunya sampai kira-kira berumur 2 tahun. Dari lahir sampai usia enam bulan, proses tumbuh kembangnya praktis hanya bergantung pada ASI yang dihasilkan ibunya. Baru pada umur enam bulan ada diberikan tambahan berupa MPASI (makanan pendamping ASI).
Dalam menjalani proses menyusui selama 2 tahun atau minimal 6 bulan tadi, apakah semua berjalan lancar? Tentu saja tidak. Kami punya banyak cerita dan pengalaman.
Misalnya di awal-awal kelahiran. Mungkin seperti yang dialami para ibu pada umumnya, rasanya ASI sulit sekali mengalir. Kalaupun ada sepertinya cuma beberapa tetes saja.
Saat si bayi mulai merengek dan ASI belum lancar keluar, kami semakin panik. Timbul kekuatiran anak kami akan terhambat pertumbuhannya karena kurangnya asupan makanan. Â Â Â Â Â
Belakangan baru sadar bahwa saat bayi baru lahir ukuran lambungnya masih sangat kecil sehingga jumlah ASI yang dibutuhkannya pun sebenarnya belum banyak.