Pengusaha sekaligus investor sukses lainnya semisal Elon Musk, Sandiaga Uno, Hermanto Tanoko, Anthony Salim, dan lainnya bisa kita telusuri di berbagai media, ternyata melakukan hal yang sama.
Mereka tak pernah berhenti melakukan upaya untuk mengembangkan kekayaannya. Berbagai aksi terus dilakukan, entah menciptakan lini bisnis yang baru, melakukan akuisisi bisnis yang lain dengan cara melakukan pembelian saham suatu perusahaan dalam jumlah yang besar dan sebagainya.
Padahal kalau mau dipikir-pikir, tanpa harus berepot-repot melakukan itu semua, jumlah kekayaan yang mereka miliki sudah sangat-sangat berlebih untuk sekadar membiayai hidupnya.
Tanpa harus melakukan apapun, mereka sudah dipastikan punya penghasilan miliaran bahkan mungkin puluhan sampai ratusan miliar rupiah per tahun hanya dari dividen perusahaan yang dimiliki.
Apakah itu berarti mereka yang disebut sebagai orang terkaya adalah orang-orang serakah yang tak pandai bersyukur, tak mengenal arti kata cukup dalam hidupnya, serta tak peduli nasib hidup orang lain?
Ternyata tidak juga. Kebanyakan diantara mereka dikenal sebagai orang-orang dermawan yang gemar mendonasikan uangnya dalam jumlah sangat besar untuk kegiatan amal, kemanusiaan, membantu orang-orang yang dalam kesusahan. Informasi mengenai hal tersebut bisa kita cari dan temukan di berbagai media.
Mendadak kaya
Pada sisi lain, ada kisah tentang orang-orang yang sempat memiliki uang/kekayaan dalam jumlah besar namun sayangnya tak bisa bertahan lama.
Mike Tyson, seorang petinju profesional yang mendunia. Pada masa kejayaannya berhasil menjadi juara dunia tinju hingga berbagai penghargaan berhasil diraihnya. Harta kekayaannya pun melonjak tinggi, diperkirakan sampai mencapai US$ 400 juta atau setara Rp 6 T.
Namun sejarah hidupnya berkata lain. Tyson juga dikenal gemar bergaya hidup mewah dan berfoya-foya. Tak berapa lama, harta kekayaannya habis bahkan dikabarkan ia mengalami kesulitan keuangan, hingga terpaksa berutang.