Perusahaan yang konsisten mencetak laba besar per tahun dengan harga saham Rp 500/lembar tentu akan jauh lebih bernilai bila dibandingkan perusahaan sakit-sakitan yang konsisten merugi dan punya banyak hutang, meskipun harga sahamnya hanya Rp 50/lembar. Â Â
Mindset yang benar Â
Lebih dari sekadar pertanyaan tentang saham apa yang harus dibeli, sebenarnya jauh lebih penting bagi seorang investor untuk terus-menerus melatih diri agar memiliki mindset yang benar.
Penting untuk terus diingat bahwa mindset seorang investor harus layaknya pemilik bisnis karena faktanya bahwa di balik setiap lembar saham ada bisnis perusahaan yang bekerja.
Sebagai sebuah bisnis, maka butuh waktu yang terkadang bisa sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya kita bisa menikmati hasilnya. Namun faktanya, banyak orang yang keliru dan masih menjadikan lembar saham seperti tiket lotre yang diharapkan bisa menghasilkan cuan dalam waktu singkat.
Sesudah memiliki mindset yang benar, hal berikutnya dan masih sejalan dengan itu adalah investor harus memiliki kesabaran. Tak boleh terburu-buru. Investor yang bijak akan selalu berupaya berpikir tenang dan rasional sebelum mengambil keputusan.
Inilah yang bisa menjelaskan mengapa misalnya saat ada dua orang investor yang sudah membeli saham yang sama di harga yang sama pula, ternyata hasil akhirnya bisa sangat jauh berbeda.
Katakanlah dua investor itu Andi dan Budi. Mereka sama-sama membeli saham ABCD di harga Rp 1000/lembar. Beberapa minggu kemudian ternyata harga saham tersebut turun sampai Rp 500/lembar.
Andi yang melihat penurunan harga itu sebagai peluang lalu melakukan pembelian hingga harga rata-rata pembeliannya turun menjadi Rp 750/lembar.
Sebaliknya Budi ketika melihat penurunan harga sahamnya itu malah menjadi cemas, uring-uringan dan tak melakukan apapun. Â
Beberapa waktu kemudian ternyata harga sahamnya naik kembali ke harga Rp 1100, Budi memutuskan cepat-cepat menjual sahamnya karena kuatir harganya turun lagi. Ia pun merealisasikan keuntungan sahamnya sebesar 10 %.