Hal yang sangat mengherankan bila memeriksa kondisi keuangannya. Data per bulan Juni 2022, hutang perusahaan ini sudah mencapai Rp 142 T. Akhir tahun 2022, Menteri BUMN mengklaim bahwa hutang Garuda tinggal separuhnya. Andaipun benar, itu masih tetap menunjukkan Garuda sebagai perusahaan yang tidak ideal karena punya hutang yang besar.
Terhadap perusahaan-perusahaan BUMN "bermasalah" tersebut, tentu saja pemerintah selaku pemegang saham mayoritas tidak bisa berpangku tangan. Mau tak mau, pemerintah harus turun tangan untuk mengatasi persoalan. Berkaitan dengan hutang, pemerintah mau tak mau harus "setor uang" untuk membantu perusahaan tersebut keluar dari permasalahannya.
Inilah faktanya. Di satu sisi, ada beberapa perusahaan BUMN yang rutin menyetor dividen ke negara, namun di sisi lain ada pula perusahaan yang malah memaksa pemerintah harus pusing dan tentu keluar uang untuk menyelamatkan perusahaan dari potensi kebangkrutan.
Bagi investor individu dengan modal terbatas seperti saya, hal ini mungkin bisa jadi pembelajaran penting. Betapa pentingnya mempelajari dan mengerti prospek bisnis perusahaan yang sahamnya akan kita beli.
Bayangkan bila kita ternyata salah memilih, akhirnya bukan hanya dividen yang tak dapat diraih, uang kita pun bisa hilang karena harga sahamnya yang terus turun.
Faktanya kita bukanlah pemilik modal besar seperti Chairul Tanjung (CT) yang meski uangnya masih "nyangkut" triliunan rupiah di saham Garuda Indonesia tapi masih bisa tenang-tenang saja. Â Â Â
***
Jambi, 15 Maret 2023 Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H