Saya masih mencoba berpikiran positif. Jika hari pertama belum berhasil menjual, mungkin hari kedua bisa. Namun saya keliru dan itu tidak terjadi. Harga sahamnya mengalami penurunan sampai berhari-hari.
Saya ingat waktu itu harga sahamnya sampai menyentuh kisaran harga Rp800 per lembar. Artinya jika saya menjual di harga tersebut dibandingkan harga pembelian sebelumnya maka saya akan mengalami kerugian lebih dari 40 %.
Pikiran saya jadi tak tenang. Timbul rasa penyesalan. Saya masih sempat menunggu beberapa hari dengan harapan harga sahamnya kembali naik minimal untuk memangkas nilai kerugian yang akan direalisasikan. Penantian itu memakan waktu sampai sebulan.
Akhirnya karena sudah tidak sabar lagi, saya memutuskan menjual di kisaran harga Rp820 per lembar. Saya benar-benar harus menanggung kerugian dan nilai dividen yang masuk ke rekening pun seakan tiada artinya karena tak cukup untuk membayar kerugian itu. Niatnya untung, malah jadi buntung.
Pembelajaran berharga
Pengalaman tersebut sangat membekas dalam ingatan saya sampai sekarang. Saya sempat bertanya-tanya dalam hati, sebenarnya apa dan siapa yang salah? Benarkah perusahaan itu memang dengan sengaja memasang jebakan untuk memerangkap para investor?
Setelah saya merenung lebih dalam, saya berkesimpulan, ternyata tidak ada yang salah dengan dividen. Toh, sejak awal tidak pernah ada yang membujuk apalagi memaksa saya untuk membeli saham perusahaan tersebut.
Sehingga masalahnya justru berasal dari diri saya sendiri. Terlalu percaya diri, arogan dan merasa diri sudah lebih pintar dari orang lain. Dari pengalaman berharga tersebut akhirnya saya mempelajari beberapa hal sekaligus mungkin ini bisa menjadi cara untuk mengindari jebakan dividen.
Pertama, terus belajar mengenali lebih dalam seluk beluk dividen.
Kita harus tahu fakta dan kebiasaan-kebiasaan yang lazim di pasar saham.
Pasca pengumuman rencana pembagian dividen muncul di media massa, biasanya harga saham perusahaan itu cenderung naik. Tentu saja karena para investor berlomba membeli.
Sebaliknya saat selesai periode pencatatan yang berhak menerima dividen, harga sahamnya akan turun. Saat itu para investor sudah berbalik berlomba untuk keluar (menjual).