Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pilih Sekolah untuk Anak, Jangan karena Tren atau Gengsi

11 Januari 2021   23:18 Diperbarui: 11 Januari 2021   23:56 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak dan sekolah (Kompas.com/M.Latief)

Saya sering mendengar keluhan beberapa orang tua yang mengatakan, biaya sekolah saat ini sangat mahal. Katanya, itu bisa setara atau bahkan lebih mahal dari biaya kuliah di perguruan tinggi negeri.

Jutaan rupiah sudah harus disiapkan hanya untuk mendaftarkan anak ke sekolah dan tentunya masih ditambah lagi biaya bulanan yang cukup besar. Tapi benarkah semua sekolah mahal? Atau itu cuma konsekuensi logis atas keputusan kita saat pilih sekolah untuk anak?

Saya tidak ingin menggeneralisir. Namun berdasarkan pengamatan pribadi, kebanyakan kasus orang tua yang mengeluhkan mahalnya biaya sekolah saat ini ternyata memang diawali dari keputusannya saat memilihkan sekolah untuk anaknya. Saya agak terkejut ketika ada teman yang mengatakan sudah harus membayar jutaan rupiah saat pertama kali mendaftar ke Sekolah Dasar (SD).

Cerita yang sama juga saya dapatkan dari teman yang anaknya akan masuk SMP dan SMA. Nominalnya tentu saja lebih besar lagi. Konon, biaya besar itu karena sekolah yang dituju adalah sekolah favorit dan banyak peminat. Bisik-bisik sebagian teman, untuk mendapatkan satu kursi di sekolah favorit, biayanya bahkan bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Dengan demikian, asumsi bahwa biaya sekolah harus mahal, patut dipertanyakan. Fakta sebenarnya, ada banyak pilihan sekolah yang bisa dituju. Ada sekolah yang memang dilengkapi berbagai fasilitas dan kegiatan ekstra sekolah, tentunya lebih mahal. Namun banyak pula sekolah yang biayanya jauh lebih murah, meskipun fasilitas yang dimiiki tak selengkap sekolah yang lain.

Tren dan gengsi      

Menjadi agak merepotkan ketika orang tua terkesan lebih ikutan tren dan menuruti gengsinya saat memilih sekolah untuk anaknya. Mungkin disinilah letak masalahnya. Semestinya, satu hal paling penting yang patut dipertimbangkan saat memilih sekolah untuk anak, tentu saja harus sesuai kemampuan kita. Tidak perlu memaksakan diri.

Saat musim pendaftaran sekolah, saya sempat mendengar perbincangan seru beberapa orang teman. Dari sana saya tahu, bahwa di kalangan orang tua memang sudah tercipta persepsi mengenai "kasta" sekolah. Ada sekolah yang dicap sangat baik dan nyaris sempurna (biasanya sekolah swasta). Ada yang biasa-biasa saja. Ada pula yang dianggap jelek dan harus dihindari.

Konon ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa sekolah tertentu merupakan yang terbaik karena peserta didiknya tidak sekadar dididik secara akademis tapi juga dari sisi mental dan spiritual. Ditambah lagi, para tenaga pengajarnya yang bergelar Magister atau lulusan luar negeri.

Sehingga, (mohon maaf) terkadang saya menangkap ada nada sinis dari sebagian orang tua terhadap orang tua yang lain hanya gara-gara ia menyekolahkan anaknya di sekolah negeri. Ada anggapan bahwa sekolah negeri mutunya kalah jauh di bawah sekolah swasta.

Demikian halnya, saya juga menangkap ada rasa rendah diri sebagian orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah negeri. Ia seolah-olah malu karena tidak mampu mendaftarkan anaknya di sekolah yang lebih favorit. Ia menjadi malas saat diajak bicara tentang pendidikan anak. 

Anggapan-anggapan semacam ini sebenarnya bisa dipatahkan. Terbukti, banyak sekolah negeri yang bisa menghasilkan peserta didik yang cerdas, berprestasi dan membanggakan sekolah. Di kota ini, saya bisa mengidentifikasi ada banyak sekolah negeri di tiap tingkatan (SD, SMP, dan SMA) yang kualitasnya baik.

Semua orang tua tentu saja ingin anaknya bisa bersekolah di tempat yang terbaik. Namun, tetap harus diingat bahwa semua sekolah sebenarnya punya tujuan yang sama yaitu mencerdaskan siswanya. Bahwa kemudian ada sekolah yang memiliki fasilitas lebih lengkap, metode belajar yang lebih modern atau gedung sekolah yang lebih megah merupakan hal yang lain.

Para orang tua harus selalu ingat bahwa itu semua adalah faktor pendukung. Sehingga tidak ada jaminan anaknya otomatis akan lebih pintar atau lebih baik dari yang lain. Kembali lagi pada keseriusan si anak untuk mengikuti dan rajin mempelajari materi-materi pelajaran yang sudah disampaikan.

Peran orang tua untuk terus mengingatkan serta mendampingi anaknya agar rajin belajar di rumah, tetap sangat dibutuhkan. Jangan dikira, tanggung jawab para orang tua otomatis selesai karena sudah bayar mahal pada sekolah. Ini persepsi yang sangat keliru.

Sekali lagi, para orang tua memang harus lebih bijak saat memilih sekolah untuk anaknya. Jangan hanya gara-gara gengsi dan ikut tren, lalu memaksakan diri mendaftarkan anaknya di sekolah tertentu. Sesuaikanlah dengan kebutuhan dan kemampuan.

***

Jambi, 11 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun