Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Rakyat: Asal-usul Lempur, Desa Wisata Terpadu di Kerinci

10 Januari 2021   22:14 Diperbarui: 10 Januari 2021   22:22 3330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, kita dapat memahami bahwa kebanyakan warga tentu punya keyakinan sendiri terhadap cerita rakyat yang konon sudah diceritakan dan diwariskan oleh para leluhurnya. 

Terlebih lagi, cerita rakyat tersebut dianggap punya banyak nilai manfaat yang bisa dijadikan pembelajaran bagi setiap generasi. Ajaran kewajiban menghormati ibu yang sudah bersusah payah mengandung dan membesarkan kita merupakan nilai moral yang selalu relevan dan tak pernah lekang oleh zaman. Nilai-nilai moral ini juga selaras dengan ajaran agama apapun.

Dalam agama yang saya yakini (Kristen), perintah untuk menghormati orang tua (ayah-ibu) merupakan salah satu dari sepuluh perintah Allah. Beberapa bagian dalam Injil juga menyatakan hal serupa. Salah satu contohnya tercatat dalam Matius 15:4 berbunyi demikian "Sebab Allah berfirman: Hormatilah ayahmu dan ibumu; dan lagi: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati". Artinya tidak ada toleransi sama sekali bagi anak yang durhaka pada orang tuanya.

Cerita rakyat tentu saja tujuannya bukan untuk menakut-nakuti, melainkan sebagai alat pedoman dan pengingat bagi setiap generasi. Semata-mata demi kemanfaatan bersama. Tidak ada yang salah dengan upaya serta tradisi untuk melestarikannya.

Cerita rakyat juga bisa menjadi alat ajar yang mungkin bisa efektif khususnya dalam menanamkan nilai-nilai moral bagi anak-anak kita. Seiring berjalannya waktu, saat dewasa nanti, mungkin mereka akan mulai berpikir tentang kebenaran cerita rakyat yang pernah mereka dengar. Akan tetapi satu hal yang pasti, nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya akan selalu relevan dan abadi.

***

Jambi, 10 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun