Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Musik 90s, Era Emas Musik Tanah Air (?)

9 Januari 2021   22:25 Diperbarui: 9 Januari 2021   22:28 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi konser musik (Kompas.com/Garry Andrew Lotulung)

Apakah jawaban Anda terhadap pertanyaan di atas? Saya berasumsi, banyak diantara kita yang mungkin menyatakan setuju. Harus diakui, musik 90s masih punya banyak penggemar sampai hari ini. Kita masih fasih menyebutkan banyak penyanyi dan lagu yang populer di zaman itu.

Lagu-lagu zaman itu kian populer ketika banyak penyanyi yang menyanyikannya kembali dengan versi yang berbeda dan diterima publik. Tentu saja, ketika diperkenalkan sebagai "versi baru", maka orang-orang pun akan penasaran dan segera mencari "versi aslinya".

Sementara mereka yang dulu memang menjadikannya sebagai lagu favorit atau pernah punya kenangan terhadap lagu itu, tentu akan lebih hanyut lagi dalam nostalgia.

Musik 90s memang punya tempat tersendiri di hati para penikmat musik di tanah air. Di era tersebut, banyak lahir penyanyi top entah solo atau grup musik (band). Lagu-lagu yang dibawakan juga seakan-akan punya daya hipnotis yang mampu menembus relung hati terdalam para pendengar.

Siapa tak kenal band Sheila On 7 yang punya banyak lagu populer mulai dari DAN, J.A.P (Jadikanlah Aku Pacarmu), Sephia, Seberapa Pantas, hingga sebuah lagu yang konon disebut sebagai lagu dengan judul paling panjang di zaman itu (mungkin juga sekarang) yaitu Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki.

Grup band lain di zaman itu yang punya banyak lagu populer dan tentunya penggemar, diantaranya Dewa 19, GIGI, Slank, PADI, Kla Project, Koes Plus dan masih banyak lainnya.

Bukan hanya grup band, musik 90s juga melahirkan lagu-lagu populer yang dinyanyikan penyanyi solo maupun grup vokal yang tak kalah tenar. Sekadar menyebutkan nama sebut saja Chrisye, Rossa, Titi DJ, Krisdayanti, Mayangsari, Memes, Glenn Fredly, Nike Ardilla, Kahitna dan sebagainya.     

Era emas ?

Kembali ke pertanyaan awal, sebenarnya sah-sah saja bila ada yang berpendapat bahwa musik 90s layak disebut sebagai era emas musik tanah air. Dengan segala argumen dan data yang mungkin bisa diajukan.

Saya juga menemukan beberapa artikel yang mengatakan hal senada. Tidak sekadar berpendapat, mereka bahkan terang-terangan membandingkan musik 90s dengan era musik setelahnya. Dan menurut saya, di sinilah letak masalahnya.

Dikatakan bahwa musik 90s lebih orisinil, liriknya lebih berkualitas, penyanyinya lebih hebat dan tidak kontroversial, lebih bisa diterima semua kalangan, dan berbagai macam alasan lainnya. Pandangan semacam ini jelas terlalu subjektif.

Baiklah kita mencoba mendengar pendapat profesor psikologi Prancis T McAndrew yang mengatakan selera musik seseorang mulai mengkristal sejak usia 13 atau 14 tahun. Kemudian saat usia 20an, selera itu akan "terkunci" dan cenderung ajek.

Ada lagi penelitian yang menemukan bahwa pada saat kita berusia 33 tahun, kebanyakan dari kita telah berhenti mendengarkan musik baru. Alasannya cukup sederhana, saat itu mungkin kita sudah lebih disibukkan dengan urusan pekerjaan dan keluarga. Adapun lagu-lagu populer yang dirilis ketika kita masih remaja awal cenderung tetap cukup populer di kalangan kelompok usia kita selama sisa hidup kita.

Dengan bahasa yang lebih sederhana, setiap generasi sudah pasti akan menganggap musik di eranya lebih baik dan populer karena memang musik itulah yang pernah dia dengar dan nikmati. Sehingga besar kemungkinan mereka yang menganggap musik 90s sebagai era emas musik Indonesia adalah mereka yang memang menghabiskan masa remaja (awal mengenal dan mulai menikmati musik) di era musik tersebut lahir.

Sekali lagi, sebenarnya sah-sah saja kita punya anggapan bahwa musik di era tertentu merupakan era yang terbaik. Tapi tentu saja tanpa harus membandingkannya dengan era yang lain.

Setiap zaman punya selera berbeda dan itulah yang membuat terbentuknya pasar. Mengagungkan era musik yang satu dengan yang lain itu ibarat sedang mencoba mengatakan penikmat musik barat punya selera musik yang lebih tinggi dibandingkan penikmat musik lokal. Atau, penikmat musik pop jauh "lebih bermartabat" dibandingkan penikmat musik dangdut misalnya. Kacau sekali, bukan?

Semestinya kita bisa menikmati musik apapun dengan sebebas-bebasnya, tanpa harus mendapatkan stigma yang menganggap kita kuno, ketinggalan zaman, tak punya selera dan sebagainya. Musik adalah alat hiburan sekaligus pemersatu dan bukan sebaliknya.    

***

Jambi, 9 Januari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun