Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Produk dan Program Artikel Utama

Fenomena Uang 15 Juta Dimakan Rayap, Apa Kabar Literasi Kita?

8 Januari 2021   00:58 Diperbarui: 8 Januari 2021   05:48 1464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media sosial sepertinya memang tak pernah sepi dari bahan berita yang dianggap unik, menarik, serta layak untuk diviralkan. Kali ini dari Iwoimendaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Sebuah video langsung viral dan menjadi perbincangan warganet. Video tersebut memperlihatkan tumpukan uang senilai lima belas juta rupiah dalam kondisi rusak akibat dimakan rayap.

Belakangan diketahui, pemilik uang tersebut adalah Nurhaya. Uang itu sudah selama setahun disimpan di bawah kasur, karena lokasi bank yang jauh dari rumahnya. Sedihnya, uang itu sedianya akan digunakan untuk merenovasi rumah.

Menanggapi kejadian itu, Sekretaris Lembaga LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) Muhamad Yusron, kejadian itu menjadi pembelajaran yang sangat berarti dimana sebaiknya masyarakat menyimpan uang di bank.

Yusron menjelaskan, menabung uang di perbankan sangat aman, apalagi uangnya bisa diambil kapan saja.

Peristiwa ini bukankah agak mengagetkan kita? Seperti saya, mungkin Anda juga akan mengira, hampir tidak ada lagi orang yang tidak punya rekening atas namanya sendiri di Bank. Apalagi yang masih menyimpan uang di bawah kasur.

Saat ini, kebanyakan orang bahkan sudah lebih sering menggunakan transaksi non tunai dibandingkan menggunakan uang tunai. Semua serba aplikasi dan lebih praktis. Inilah berkah dari kemajuan teknologi.

Berbagai macam platform digital menyediakan fitur-fitur yang memungkinkan kita tidak lagi harus datang ke tempat-tempat pembayaran, antri, dan sebagainya. Hampir semua transaksi bisa dilaksanakan kapanpun dan dimanapun, hanya dengan menggunakan ponsel.

Tidak sekadar menabung alias menyimpan uang di bank, hal lain yang juga sedang marak adalah investasi. Berbagai kalangan termasuk dari generasi milenial sudah semakin banyak yang sadar akan pentingnya investasi.

Saat ini memang banyak pilihan model investasi yang bisa dilakoni dan hampir semuanya bisa terjangkau meski dengan modal yang sedikit.

Fenomena Nurhaya ini memang patut menjadi bahan permenungan bersama. Tanpa terburu-buru menyalahkan, kita patut bersimpati atas kejadian yang menimpanya.

Selain itu, kejadian ini harus jadi pembelajaran. Benarkah alasan jauhnya jarak rumah dan bank, menjadi alasan utama ia lebih memilih menyimpan uang di bawah kasur?

Membaca kisah ini, saya langsung teringat pada salah satu keluarga dekat yang sampai hari ini pun masih belum pernah berurusan dengan pihak bank. Jangankan mengajukan kredit, bertransaksi di ATM dan sebagainya.

Saudara saya ini bahkan sama sekali belum pernah membuka rekening. Miris? Tentu saja.

Saat kami tanyakan alasannya, ternyata ia takut uangnya habis terpotong sedikit demi sedikit setiap bulannya. Kami coba berargumen, walaupun ada iuran bulanan yang dipotong, tapi itu sebenarnya cukup wajar karena uang kita menjadi lebih aman dan terjamin saat disimpan di bank.

Sampai hari ini, setiap ada kesempatan, kami masih mencoba memberikan penjelasan yang masuk akal akan pentingnya menyimpan uang di bank. Mungkin kisah Nurhaya ini pun akan kami sampaikan sebagai bahan pembelajaran.

Literasi keuangan

Nurhaya ungkin saja kita anggap salah karena tidak menaruh uangnya di bank. Namun saat ini, ia sudah harus menanggung akibat dari kesalahannya itu.

Dari media kita mendapat informasi, uang rusak senilai lima belas juta rupiah itu akhirnya hanya bisa ditukarkan dengan uang senilai sembilan ratus ribu rupiah.

Saya membayangkan uang lima belas juta rupiah itu mungkin saja merupakan hasil usaha dan tabungan yang disimpan sedikit demi sedikit. Sebagaimana menurut pengakuannya, uang itu sudah disimpan di bawah kasur selama setahun.

Saya juga berpikir, jangan-jangan orang seperti Nurhaya ini sebenarnya masih banyak jumlahnya. Mereka yang masih percaya diri untuk menyimpan seluruh uangnya di rumah, salah satunya di bawah kasur. Tentu saja dengan berbagai risiko yang ada, entah hilang atau dimakan rayap.

Bila asumsi ini benar, tentu menjadi pertanyaan besar, bagaimana aplikasi program literasi dan inklusi keuangan yang selama ini digaungkan oleh pemerintah? Bukankah program ini bertujuan menjangkau seluruh warga agar melek dengan literasi keuangan? Mengerti produk jasa keuangan yang sudah tersedia sekaligus sadar dan berani untuk menggunakannya.

Di satu sisi, kita sudah melihat berbagai upaya yang dilakukan pemerintah melalui berbagai instrumen dan organisasi yang ada. Edukasi sudah dan masih terus dilakukan.

Program-program pemerintah misalnya penyaluran dana bantuan, bahkan dilakukan dengan melibatkan pihak perbankan.

Tujuannya, tentu saja selain agar lebih teratur, rapi dan tercatat juga agar masyarakat semakin terbiasa serta dekat dengan produk jasa keuangan.

Namun sekali lagi, fenomena ini membuka mata kita bahwa upaya literasi dan inklusi keuangan masih menyisakan pekerjaan rumah yang cukup banyak. Klaim data tingkat literasi yang terus meningkat dari waktu ke waktu, harus selalu siap diuji dengan fakta-fakta di lapangan.

Ke depannya, semoga kisah-kisah seperti yang dialami Nurhaya ini tidak terjadi lagi. Pemerintah perlu memastikan upaya literasi dan inklusi keuangan benar-benar semakin optimal menjangkau seluruh warga sampai ke pelosok nusantara. Semakin mendekatkan layanan perbankan ke seluruh masyarakat, agar mereka senantiasa merasa aman dan nyaman tanpa takut sedikit pun uangnya hilang atau rusak dimakan rayap. 

Semoga

***

Jambi, 8 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Produk dan Program Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun