Komite Nobel Perdamaian Dunia bersepakat menganugerahkan Nobel Perdamaian 2006 pada seorang warga Bangladesh bernama Muhammad Yunus. Siapa dan apa yang dilakukan Yunus sehingga dipilih sebagai penerima penghargaan bergengsi tingkat dunia tersebut?Â
Dari berbagai literatur dijelaskan bahwa Muhammad Yunus merupakan lulusan Vanderbilt University di Tennessee, Amerika Serikat. Yunus menyandang gelar doktor di bidang ilmu ekonomi.Â
Panggilan jiwa membuatnya mengambil keputusan penting untuk segera pulang ke kampung halamannya, Bangladesh. Meskipun sebenarnya, ia sudah punya pekerjaan yang cukup baik di Amerika Serikat.
Yunus melihat langsung negerinya sedang mengalami kemelut sosial yang sangat pelik yaitu kemiskinan dan kelaparan. Ia berpikir, apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan persoalan tersebut.Â
Sambil melaksanakan profesinya sebagai pengajar di salah satu kampus disana, ia melakukan observasi dan riset secara lapangan ke lapangan guna memahami situasi yang sedang terjadi.
Yunus menemukan fakta bahwa mayoritas masyarakat miskin ternyata memiliki pinjaman kepada "lintah darat" dengan imbalan bunga sangat tinggi, 10 % per minggu atau setara 520 % per tahun.Â
Fakta menarik lainnya, bahwa sistem sosial Bangladesh saat itu masih mengalami ketimpangan gender. Dalam hal penyaluran kredit perbankan untuk perempuan, jumlahnya kurang dari 1 % dari total pinjaman bank.
Singkat cerita, Yunus menggagas sebuah konsep yang "menabrak" kebiasaan saat itu. Tidak heran, banyak yang menentangnya alih-alih memberikan dukungan. Pertama, Yunus memberikan kredit kepada masyarakat miskin, tanpa agunan. Kedua, ia juga merancang preferensi penyaluran kreditnya pada perempuan.Â
Kerja keras Yunus berbuah manis. Program penyaluran kredit mikro yang digagasnya (meski melawan kebiasaan) ternyata cukup berhasil. Dengan cakupan program 500 orang, hasil percobaannya itu menunjukkan tingkat pengembalian yang tinggi, mencapai 99 %.
Bermodalkan kesuksesan tersebut, Yunus berupaya menggalang dana dari lembaga-lembaga donor untuk memperbesar skala penyaluran kreditnya. Kali ini penyaluran kreditnya berhasil menjangkau 10.000 peserta. Yunus sempat kuatir akan tingkat keberhasilannya. Ternyata hasilnya lagi-lagi sukses yaitu dengan tingkat pengembalian 99 %.
Setelah berhasil membuktikan konsep penyaluran kreditnya benar-benar aman dan berhasil, Yunus ingin memformalkan proyeknya itu menjadi sebuah lembaga perbankan yang legal dan diberinya nama Grameen Bank. Tentu saja, lembaga ini sangat berbeda jauh dengan bank pada umumnya. Â