Andai disebutkan bahwa tujuan pemberian penghargaan untuk memberikan motivasi dan suntikan semangat pada publik dalam menghadapi situasi sulit, saya justru tidak melihat itu akan berhasil.
Kemajuan teknologi informasi saat ini membuat segala sesuatunya serba terbuka. Publik sudah mampu menilai, pejabat publik mana yang benar-benar bekerja dan mana yang hanya sibuk berwacana. Bahkan, tanpa harus ada embel-embel penghargaan dari lembaga manapun.Â
Publik bahkan terlanjur sinis terhadap berbagai penghargaan yang diberikan lembaga pada lembaga lain maupun pejabat publik. Publik menilai, beberapa klaim maupun penghargaan bahkan sudah tidak berdasarkan kajian yang objektif lagi. Muncul dugaan, penghargaan tersebut memiliki motif tertentu.
Kita lihat contoh paling sederhana. Banyak lembaga atau daerah seperti selalu berlomba untuk mendapatkan predikat "penghargaan" Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Seakan-akan itu sudah cukup menjadi bukti bahwa pengelolaan keuangan negara yang mereka lakukan sudah terbukti bersih dan tidak ada indikasi penyelewengan. Padahal fakta menunjukkan, banyak kepala daerah yang terkena OTT KPK padahal daerah yang dipimpinnya pernah atau bahkan baru saja mendapat predikat WTP dari BPK. Ironis sekali bukan?
Andai para pemimpin kita bisa menangkap kegelisahan dan perasaan publik, sebenarnya mereka tak perlu lagi pusing dengan berbagai label penghargaan. Apalagi kalau sampai ada yang terkesan "memburunya".
Tinggal bekerja saja secara maksimal dan sungguh-sungguh, publik sendiri yang akan merasakannya dan langsung menyampaikan pujian serta rasa terima kasih. Ini tentu "penghargaan" yang sangat valid dan tidak bisa dicurigai memiliki motif tertentu.
Unggahan Khofifah patut menjadi sorotan karena seperti sedang menunjukkan ketidakmampuan memilih momentum yang tepat. Bayangkan perasaan para keluarga korban Covid-19? Atau para tenaga medis maupun warga yang masih harus berjibaku dengan rasa takut dan was-was karena nyaris tidak ada tanda-tanda sama sekali bahwa krisis ini akan segera berakhir.
Data jumlah warga yang dinyatakan positif Corona per harinya secara nasional saat ini bahkan sudah seperti sudah "stabil" di rentang angka 1500-2300 orang per hari. Sekali lagi, Jawa Timur masuk dalam provinsi penyumbang terbesarnya.
Maka, saya kira, unggahan rasa bangga atas sebuah penghargaan di tengah-tengah kondisi krisis sebenarnya menunjukkan hilangnya sense of crisis. Alangkah lebih baik bila Khofifah terus bekerja secara maksimal untuk memastikan pencegahan dan penanganan Covid-19 khususnya di Jawa Timur berjalan dengan maksimal.
Virus Corona sudah menjelma menjadi virus berbahaya dan sangat menakutkan. Ia tidak kenal ampun dan bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia, tingkat pendidikan, status sosial dan berbagai "kasta" lainnya. Â Â Â Â Â Â