Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Anji-Hadi dan Kita yang Suka Sensasi

5 Agustus 2020   01:45 Diperbarui: 5 Agustus 2020   01:56 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Gambar: Tangkapan layar Youtube Anji bersama Hadi Pranoto - Kompas.com)

Padahal masih banyak profesor dan pakar kesehatan (yang asli) di negeri ini yang paling pantas untuk ditanya pendapatnya mengenai hal tersebut. Ataukah Anji memang sudah bisa menduga, jawaban yang akan didapatkannya dari mereka tak akan memberikan sensasi bombastis seperti jawaban sang profesor abal-abal tadi?

Kegemaran kita akan sensasi juga yang sepertinya memunculkan ide bagi pemuka agama dadakan untuk berani mengaku-ngaku sebagai lulusan S3 Vatikan, mantan biarawati, keturunan Romo, dan sebagainya.

Terlalu sering kita salah memilih bahkan mengidolakan tokoh yang layak dijadikan panutan. Seberapa banyak diantara kita yang justru lebih senang memercayai dan "belajar" segala sesuatu dari dunia maya dan sedang viral, dibandingkan mencari sumber informasi/pengetahuan yang valid dari para pakar (asli) tadi? 

Tom Nichols dalam bukunya mengatakan, di era saat ini para pakar sudah mati alias ditinggalkan. Warga sudah lebih senang mendengar penganalisis aba-abal yang pendapatnya sedang viral di media sosial.

Sepotong informasi yang dibingkai dengan sangat memikat dan sensasional bisa tiba-tiba dianggap lebih berharga dan valid dibandingkan hasil riset para ahli yang sudah dikerjakan bertahun-tahun lamanya.

Kecintaan terhadap hal-hal yang sensasional masih ditambah lagi dengan kemalasan melakukan verifikasi dan validasi data. Bila kebiasaan-kebiasaan semacam ini terus berlanjut, mau dibawa kemana negeri ini?

***

Jambi, 5 Agustus 2020                                                                       

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun