Pemerintah sudah berkali-kali mencoba melakukan upaya penertiban, namun hasilnya tidak memuaskan, untuk tidak mengatakan gagal total. Apa sebabnya? Desas-desus yang berkembang, banyak pejabat di daerah hingga pusat yang ternyata ikut terlibat dan berkepentingan melindungi aktivitas tersebut. Cukup masuk akal. Warga biasa sepertinya takkan mampu menyediakan alat-alat berat dan mempekerjakan orang dalam jumlah besar untuk melakukan penambangan. Butuh biaya yang sangat besar.
Kampung Manowa       Â
Novel "Si Anak Badai" juga mengambil latar kisah di sebuah daerah terpencil bernama Manowa. Ihwal tempat itu benar-benar ada atau sekadar karangan penulis, sepertinya bukan hal yang terlalu penting untuk dibicarakan.
Namun, gambaran penulis tentang kondisi dan aktivitas keseharian kehidupan warga di sepanjang jalannya cerita akan memberikan pencerahan bagi pembaca bahwa tempat ini sudah pasti dekat dengan kita atau minimal pernah kita lihat atau dengar kisahnya. Sudah pasti, Kampung Manowa yang dikisahkan penulis bukanlah tempat antah berantah yang ada di negara atau planet lain. Â Â Â Â
Tentu kita pernah bahkan sering mendengar ada kampung yang berdiri di atas sungai. Kampung dimana seluruh rumah warga berada di atas air. Tak hanya rumah, masjid dan sekolah juga "dibangun" di atas air. Warga juga menggunakan perahu-perahu kecil untuk melakukan aktivitas dan bepergian.
Atau kisah tentang anak-anak yang berlomba berenang bahkan menyelam sampai ke kedalaman air untuk mengambil koin yang dilemparkan oleh para penumpang dari atas kapal. Ini menjadi semacam hiburan bagi para penumpang kapal sekaligus pekerjaan menambah penghasilan bagi anak-anak.
Keluarga Pak Zul dan Bu Fatma memiliki tiga orang anak: Zaenal, Fatah, dan Thiyah. Pak Zal bekerja sebagai pegawai di kantor kecamatan, sedangkan Bu Fatma seorang ibu rumah tangga yang nyambi sebagai tukang jahit pakaian.
Beberapa tokoh lain dalam cerita ini diantaranya: Kakek alias Pak Kapten, Wak Sidik, Deham, Kak Ros, Guru Rudi, Bu Rum, Camat Tiong, Pak Alex dan tokoh-tokoh lainnya.Â
Zaenal atau Za duduk di kelas enam SD, memiliki tiga orang sahabat karib bernama Ode, Malim, dan Awang. Keempat anak inilah yang dikisahkan penulis sebagai pengumpul uang koin tadi. Tidak setiap hari memang mereka melakukannya, hanya pada hari tertentu alias hari libur sekolah saja. Â Â Â Â
BadaiÂ
Ada satu bagian penting di dalam novel ini yang mengisahkan tentang asal-usul istilah "Si Anak Badai" (hal.241). Sebuah pengalaman mendebarkan yang dialami langsung oleh Za dan rekan-rekannya.