Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inspirasi Petani (Muda) Santiago, Menggali Makna Regenerasi Petani

19 Mei 2019   23:42 Diperbarui: 19 Mei 2019   23:53 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beras Organik Santiago (berasmerahorganik.blogspot.com)

Sedikit ngobrol, saya sudah bisa menebak rata-rata mereka pasti pernah mengecap dunia pendidikan tinggi. Ternyata benar, sebagian memang sudah menyandang gelar sarjana dari kampus yang ada di ibukota provinsi. Sebagian lagi, ada yang berstatus sebagai mahasiswa tingkat akhir.

Yang menarik bagi saya, ternyata banyak inovasi dan kegiatan yang sudah dan sedang mereka kerjakan. Salah satunya, mereka memamerkan produk-produk beras organik (beras putih, beras merah dan beras hitam) yang sedang dikembangkan, promosikan bahkan sudah dipasarkan secara meluas. Tidak hanya beras, mereka juga mengembangkan komoditas lain, misalnya kayu manis, jahe, lengkuas yang dibudidayakan secara organik.

Beras Organik Santiago (berasmerahorganik.blogspot.com)
Beras Organik Santiago (berasmerahorganik.blogspot.com)
Mereka bercerita, inovasi produk beras organik yang dikembangkan ternyata sudah beberapa kali dipamerkan di ajang bergengsi. Saya ingat waktu itu mereka menyebut nama Emil Salim, mantan Menteri di era Orde Baru yang pernah berkomentar langsung dan memuji produk ini pada salah satu acara pameran di Jakarta. Pada level internasional, beras organik Santiago juga telah mendapatkan sertifikat Union Control dari Belanda untuk bisa dipasarkan ke luar negeri.

Prestasi dan penghargaan yang telah mereka raih tentu tak hadir begitu saja, melainkan sudah melalui proses yang panjang dan berliku. Sejak tahun 2008, para petani muda tersebut telah menginisiasi pembentukan Perkumpulan Petani Organik (PPO) Santiago. Tujuan utama berdirinya perkumpulan ini untuk mengangkat bidang pertanian yang berwawasan lingkungan. Ide sederhana tersebut lahir karena mayoritas penduduk desa mereka memang berprofesi sebagai petani.

Inspirasi 

Pengalaman bertemu langsung dengan petani muda di Santiago tersebut memberikan saya inspirasi bahwa regenerasi petani memang penting serta harus dilakukan. Beberapa hal bisa dicatat diantaranya;

Pertama, pertanian butuh inovasi dan ide-ide kemajuan. Regenerasi petani dibutuhkan bukan sekadar agar ada orang yang melanjutkan profesi tersebut. Lebih dari itu, keterlibatan kaum muda (berpendidikan) perlu dalam rangka "menyuntikkan" semangat dan inovasi baru yang membuat sektor pertanian menjadi lebih maju dan bergairah lagi.

Kedua, petani bukan sekadar bercocok tanam. Untuk mengembangkan sektor pertanian, butuh petani-petani yang memiliki kemampuan dan keterampilan menyerap informasi dan berkomunikasi dengan pihak luar, manajerial, memberi nilai tambah produk, melakukan promosi, membaca peluang dan pasar, mencari/memanfaatkan program serta bantuan dari pihak luar dan keterampilan lainnya.

Ketiga, menjadi sumber inspirasi. Kerja keras para petani muda di Santiago secara nyata berhasil mengangkat nama desa kecil mereka hingga ke tingkat yang jauh lebih tinggi. Berkat inovasi yang terus mereka lakukan, nama desa dan produk-produk pertanian yang dihasilkan pun bisa menembus pasar global bahkan internasional. Tidak lupa, mereka terus merangkul, memotivasi, sekaligus membimbing para petani lain agar ikut bergabung memajukan sektor pertanian mereka.     

Peran pemerintah (?) 

Bila ada anggapan bahwa pemerintah abai dan sama sekali tidak serius memberi perhatian pada isu regenerasi petani, saya kira itu perlu dikoreksi. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah melakukan beberapa strategi agar terjadi regenerasi petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun