Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Menanti Fokus Pembangunan SDM Indonesia

2 Maret 2019   23:32 Diperbarui: 3 Maret 2019   00:12 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi-Ma'ruf saat debat pertama Pilpres 2019 (Liputan6.com / Faizal Fanani)

Indonesia bisa dikatakan sangat bahkan mungkin terlalu luas sebagai sebuah negara. Bukan hanya terkait luas wilayahnya saja melainkan jumlah penduduknya juga yang luar biasa banyaknya. Kita bisa menyebutnya sebagai anugerah walaupun di saat bersamaan itu sekaligus berpotensi menimbulkan aneka masalah. 

Sejarah perjalanan panjang bangsa ini sudah membuktikan. Ada banyak persoalan dalam setiap periode pemerintahan bahkan beberapa kali muncul riak perpecahan, beruntung bangsa ini tak sampai tercerai berai dan masih menjunjung tinggi persatuan.

Lalu, siapakah yang benar-benar mampu memimpin negara yang besar ini? Kita sudah beberapa kali berganti Presiden, namun adakah yang bisa dikatakan paling berhasil?

Saya termasuk yang sepakat dengan pernyataan bahwa setiap pemerintahan tentu memiliki prestasi tantangan bahkan mungkin kegagalannya sendiri. Maka terkadang menjadi agak sulit bila harus membandingkan pemerintahan yang satu dengan yang lain. 

Satu hal yang pasti, satu periode pemerintahan (lima tahun) memang takkan pernah cukup untuk membereskan aneka permasalahan yang ada di republik ini. Untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang, waktu lima tahun (berikut anggaran yang tersedia) jelas terlalu sedikit.

Rezim pemerintahan saat ini jelas menyadari hal itu. Mereka lalu memutuskan harus segera membuat skala prioritas yang berorientasi jangka panjang, tentu dengan catatan tanpa harus mengabaikan sektor-sektor lainnya. Pembenahan dan pembangunan infrastruktur akhirnya ditetapkan menjadi pilihan.

Menjelang akhir periode pemerintahan, kita sudah bisa melihat bahkan mungkin merasakan langsung buah-buah pembangunan itu. Beberapa teman saya yang setiap tahunnya rutin mudik ke tanah kelahirannya di Pulau Jawa sering bercerita bahwa jalan tol yang dibangun pemerintah terbukti bisa menghemat waktu perjalanan sampai berjam-jam dari biasanya.

Keluarga saya yang tinggal di Pematangsiantar juga senang berbagi pengalamannya menggunakan jalan tol yang saat menuju kota Medan. Tidak ada lagi antrian macet di jalanan dan tentu saja waktu tempuh perjalanan menjadi lebih cepat.

Tentu bukan hanya jalan tol yang sudah berhasil di bangun pemerintah. Bandar udara, pelabuhan, jembatan, jalur kereta api, jalan baru, bendungan, embung, infrastruktur telekomunikasi dan sebagainya juga banyak yang sudah berhasil dibangun.

Yang menarik, pembangunan itu tak hanya berpusat di satu atau beberapa daerah saja. Pembangunan bahkan menyentuh daerah-daerah pinggiran dan terluar Indonesia.

Kita bisa menyaksikan pemandangan haru ketika sekelompok warga di beberapa daerah pinggiran sampai tidur-tiduran di jalan yang baru selesai dibangun pemerintah, untuk sekadar mengungkapkan kegembiraan dan rasa syukurnya.

Apakah seluruh pembangunan infrastruktur yang dikerjakan pemerintah saat ini bisa dikatakan benar-benar berhasil seratus persen dan bermanfaat besar bagi warga? Tentu tidak. Ada beberapa catatan yang menunjukkan proyek yang dikerjakan ternyata tidak sesuai rencana, kurang baik mutunya bahkan manfaatnya.

Tetapi jangan pula itu membuat kita menafikan kerja keras pemerintah yang sudah membuahkan banyak keberhasilan. Seakan-akan seluruh proyek infrastruktur yang dikerjakan ternyata tidak bermanfaat, salah sasaran, dan sebagainya. Pandangan semacam ini jelas terlalu picik dan tidak adil.

Pertanyaan berikutnya, apakah dengan fokus membangun infrastruktur akhirnya membuat pemerintahan periode ini mengabaikan sektor-sektor lainnya? Kita bisa cek fakta dan data yang ada.

Ternyata, pertumbuhan ekonomi kita bisa dikatakan relatif stabil dan cukup baik dalam pandangan dunia internasional. Kekuatan ekonomi Indonesia bahkan dipandang sebagai salah satu potensi kekuatan dunia di masa mendatang.

Perang dagang global dan situasi ekonomi dunia yang kurang menguntungkan juga tak membuat Indonesia limbung. Nilai tukar rupiah sempat menyentuh titik tertinggi, namun sekarang sudah berangsur membaik. Harga-harga kebutuhan pokok di pasar relatif stabil bahkan saat menjelang perayaan hari-hari besar keagamaan.    

Jaminan kesehatan, pendidikan, bantuan sosial lainnya juga terus digulirkan untuk menopang kehidupan warga. Nilainya bahkan terus bertambah dari tahun ke tahun. Dana desa yang rutin digulirkan juga cukup efektif untuk menggerakkan roda perekonomian hingga di tingkat-tingkat desa.

Keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat bawah juga diimplementasikan misalnya melalui pemberian sertifikat tanah gratis, pembagian hak kelola sumber daya hutan, elektrifikasi sampai ke tingkat pelosok, dan sebagainya.

Semangat dan optimisme juga terus digaungkan pemerintah dalam menyongsong revolusi industri 4.0. Dukungan terhadap perkembangan ekonomi kreatif dan digital terus dilakukan. Indonesia menjadi lahan yang subur terhadap kemunculan banyak wirausahawan baru dan berusia relatif muda.

Semangat dan optimisme itu pula yang ingin digaungkan kala Indonesia berani mengemban tugas berat menggelar hajatan-hajatan berskala internasional semisal pertemuan IMF, Asian Games dan Asian Para Games 2018 lalu dan terbukti sukses sehingga Indonesia menuai banyak pujian dari dunia internasional.

Pada banyak kesempatan Presiden Jokowi menuturkan bahwa pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia akan menjadi fokus berikutnya. Berbagai proyek pembangunan infrastruktur yang sudah dikerjakan selama ini dirasakan sudah cukup dan tinggal sedikit pembenahan disana-sini.

Dalam hal pembangunan infrastruktur sudah berhasil dibuktikan bahwa itu semua bisa dikerjakan dengan semangat, optimisme dan kerja keras.

Bagaimana dengan pembangunan SDM ke depannya? Tantangannya jelas berbeda dan tentu membutuhkan pendekatan yang berbeda pula. Untuk itulah, memang dibutuhkan fokus dan kerja yang luar biasa bahkan mungkin lebih keras dari sebelumnya.    

Meskipun saya kira, keberhasilan membangun infrastruktur sedikit banyaknya menjadi cerminan keberhasilan memanajemen potensi dan kekuatan SDM yang ada minimal dalam lingkup yang lebih kecil.

Ketika pembangunan SDM ditetapkan menjadi fokus, maka kita berharap agar program-program yang dilaksanakan nantinya benar-benar mampu menyiapkan SDM kita dalam menghadapi tantangan global untuk mewujudkan Indonesia Maju.      

***

Jambi, 2 Maret 2019  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun