Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Debat Kedua, Isu Lingkungan Masihkah Tenggelam?

17 Februari 2019   00:54 Diperbarui: 17 Februari 2019   03:35 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dan Prabowo (Foto: Merdeka.com/Imam Buhori)

Publik sudah menyaksikan dan tentu masih ingat suasana debat pertama yang mengulas tentang penegakan hukum, korupsi, HAM, dan terorisme. Tiba saatnya, debat kedua yang akan membahas topik energi dan pangan, sumber daya alam (SDA), lingkungan hidup dan infrastruktur.

Sudah pasti akan ada perbedaan yang disuguhkan. Debat kali ini hanya akan menampilkan capres, minus cawapres. Artinya, dua orang kandidat orang nomor satu di republik ini akan bertarung satu lawan satu.

Setelah mempertimbangkan berbagai masukan, KPU juga memastikan format debat sudah diperbaiki dan dirancang sedemikian rupa. Tidak ada pemberian kisi-kisi soal sebagaimana debat pertama.

Debat kedua ini juga akan memberikan kesempatan kedua kandidat untuk bisa "tarung bebas" mengeluarkan gagasannya seoptimal mungkin.

Bicara tentang topik debat kedua ini, terus terang saya agak mengkhawatirkan konsentrasi dan fokus kedua kandidat hanya akan berkutat di sekitar masalah infrastruktur, pangan, energi, (dan mungkin sedikit) sumber daya alam. Sementara topik lingkungan hidup sepertinya sepertinya sekadar menjadi tambahan.

Prediksi ini tentu bukan tanpa alasan. Kita mengingat kembali perjalanan waktu sejak penetapan pasangan capres-cawapres sampai saat ini, isu lingkungan hidup sepertinya memang tak terlalu menarik dibincangkan.

Kubu petahana terlihat lebih asyik dan bangga berbicara tentang keberhasilan pembangunan infrastruktur dimana-mana. Kita memang harus mengakui bahwa di periode ini, anggaran negara memang cukup banyak tersedot untuk membangun ragam infrastruktur yang konon tidak pernah dikerjakan pemerintahan sebelumnya. Kalaupun dikerjakan, tidak tuntas alias mangkrak.

Padahal, berkaitan dengan isu lingkungan hidup, pemerintah juga gencar mendistribusikan sertifikat pengelolaan hutan kepada masyarakat melalui program perhutanan sosial. pemerintah berkomitmen tidak memberikan atau memperpanjang izin pada korporasi besar.

Sayangnya, pendistribusian hak kelola hutan ini kelihatannya lebih dikaitkan pada isu pemerataan kesejahteraan atau ekonomi masyarakat dibandingkan kewajiban/tujuan menjaga dan melestarikan hutan itu sendiri.

Demikian halnya kubu penantang pun sepertinya lebih fokus dengan topik yang berkaitan dengan isu-isu ekonomi. Dari satu tempat ke tempat yang lain, janji-janji yang ditawarkan hanya soal penambahan lapangan pekerjaan, harga kebutuhan pokok murah, kenaikan penghasilan dan sebagainya.

Apapun isu yang dibincangkan, kubu penantang akhirnya selalu mengaitkannya dengan isu ekonomi. Ketika petahana membanggakan berbagai keberhasilan pembangunan infrastruktur, penantang balik memunculkan sindiran "warga miskin tidak makan jalan tol".

Untuk apa membangun infrastuktur, bila kehidupan masyarakat semakin susah. Ditambah lagi, infrastruktur juga dibangun oleh hasil utang luar negeri. Demikian berbagai narasi yang diciptakan kubu penantang dan terus disuarakan ke publik.

Maka, kedua kubu seolah kompak dan sepakat untuk tidak terlalu serius membincangkan tentang isu lingkungan hidup. Andaipun ada momen isu ini muncul, ujung-ujungnya pasti dikaitkan dengan isu ekonomi.

Padahal, isu lingkungan hidup semestinya tak bisa diabaikan begitu saja. Tidak juga bijak bila selalu menghadap-hadapkannya dengan isu ekonomi, karena sudah pasti ia akan kalah dan tenggelam.

Isu lingkungan hidup semestinya tak sekadar dibincangkan bila sudah terjadi bencana alam.

Sebaliknya, itu perlu terus dibahas dan dibuat langkah konkretnya sebagai upaya pencegahan menjaga kelestarian dan keseimbangan alam.

Rusaknya hutan, tercemarnya lingkungan kita di darat, air dan udara oleh sampah plastik dan sebagainya merupakan fakta yang tidak perlu dibantah lagi.

Fakta telah rusaknya ekosistem juga terdeteksi dari terjadinya konflik manusia dengan manusia, manusia dengan satwa serta berbagai bencana alam yang terjadi.

Kita tunggu saja, dalam format "tarung bebas" yang sudah direncanakan pada debat kedua, akankah ada gagasan-gagasan menarik yang bisa diungkapkan kedua kandidat capres khususnya berkaitan dengan isu lingkungan hidup.

Tentu kita ingin kedua kandidat bisa menunjukkan ke publik bahwa mereka masih punya komitmen dan kepedulian dalam rangka menjaga dan melestarikan lingkungan hidup kita melalui konsep yang sudah direncanakan.

Jangan sampai terulang lagi pengalaman memalukan seperti debat Pilpres 2014 lalu. Di panggung seakbar debat capres dan cawapres yang ditonton ratusan juta rakyat di penjuru nusantara, muncul pertanyaan konyol yang mengindikasikan ketidakmampuan kandidat membedakan piala adipura dan kalpataru.

***

Jambi, 17 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun