PSI dituding tidak paham tentang makna intoleransi dan dituding sekadar mencari sensasi. Statusnya sebagai partai politik yang baru berdiri dan elektabilitasnya belum terlalu baik, menjadi bahan cemoohan elit partai politik yang lain. Sebut saja istilah Pornoko (partai nol koma) yang pernah disampaikan pengurus partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean.
Mungkin benar bahwa keberanian PSI mengangkat isu ini ke publik menjadi strategi guna meraup suara terutama dari kalangan minoritas yang acapkali menjadi korban atas aksi-aksi intoleransi.Â
Namun sekali lagi, keberanian partai ini memang patut diapresiasi. Apalagi mereka tentu sudah menyadari bahwa ketika mengangkat isu ini sebagai topik utama janji kampanye, jelas bahwa segmen "pasar" suara yang bisa mereka bidik sudah pasti kian mengecil.
Justru disitulah letak keberanian partai politik ini. Mereka berani bertaruh dengan risiko yang sangat besar. Mereka berani tidak populer bahkan mungkin tidak akan dipilih, demi menyuarakan komitmen yang mereka anggap patut diperjuangkan.Â
Saya kira, berhasil atau tidaknya partai ini meraih ambang batas perolehan suara di pemilu nanti, satu hal yang pasti bahwa sikap dan komitmen mereka hari ini akan menjadi catatan sejarah yang penting di dunia politik kita di hari-hari mendatang.
Bahwa di Indonesia pernah ada partai politik yang didominasi kaum muda, namun berani tampil beda dengan serius mengangkat isu-isu sensitif namun kurang populer menjadi bahan pembicaraan elit-elit partai politik yang jauh lebih mapan.
Terlebih lagi, bila ternyata nanti publik justru memberikan kepercayaan pada PSI untuk berkiprah lebih jauh di kancah politik nasional. Janji dan komitmen mereka hari ini tentu akan terus kita tunggu dan tagih realisasinya.
Partai politik kita sepertinya memang perlu belajar pada partai politik yang baru dan masih kecil ini. Belajar tentang keberanian menyatakan sikap, sepahit apapun itu dan sebesar apapun risiko yang akan dihadapi. Â Â Â
Jambi, 11 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H