Namun sayang sekali buat Indonesia, satu kemenangan penting tersebut ternyata tak mampu membawa tim bisa melangkah lebih jauh. Pada pertandingan berikutnya, Indonesia menyerah atas China dengan skor telak 0-5 dan kalah lagi atas Bahrain dengan skor 1-3. Indonesia harus puas berada di posisi 3, unggul atas Qatar yang menjadi juru kunci grup.
Bila ada istilah yang mengatakan bahwa bola itu bundar, bermaksud mengatakan bahwa hasil pertandingan sepak bola tak selalu bisa ditebak. Seringkali terjadi kejutan, tim yang tidak diunggulkan justru berhasil mengalahkan tim yang dijagokan.
Persis ketika Indonesia sukses mengalahkan Qatar di Piala Asia 2004, padahal saat itu Indonesia sama sekali tak difavoritkan memenangkan pertandingan. Namun yang menarik, lima belas tahun berselang, Qatar justru sukses membuat kejutan yang tidak tanggung-tanggung yaitu menjadi juara.
Ironisnya, pada saat yang bersamaan Indonesia hanya menjadi pembaca berita dan penonton pertandingan, sekaligus menjadi saksi sejarah lahirnya juara baru Piala Asia yaitu Qatar, tim yang pernah dikalahkan Indonesia di Piala Asia 2004 silam. Pencapaian yang diraih Qatar benar-benar luar biasa. Ibarat langit dari bumi bila membandingkannya dengan Indonesia.Â
Sepak bola kita hari ini belum beranjak kemana-mana. Masih berkutat dengan timbunan masalahnya. Kisruh di internal kepengurusan, skandal mafia skor, kerusuhan antar suporter, campur aduk bola-politik dan sebagainya. Kesimpulannya, sampai hari ini, belum ada tanda-tanda sepak bola kita akan membaik.
Rasa-rasanya, untuk sekadar membayangkan timnas Indonesia bisa menyamai prestasi yang diraih Qatar yakni juara Piala Asia, dalam 10-20 tahun ke depan pun sepertinya kita sudah tak berani.
Sungguh ironis memang, tapi mau bagaimana lagi?
***Â
Jambi, 2 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H