Tim sepak bola Qatar baru saja mengukir sejarah dengan merebut gelar juara Piala Asia 2019. Ini adalah gelar pertama Qatar di Piala Asia. Timnas Qatar sukses mengalahkan Jepang di babak final dengan skor cukup telak, 3-1.
Laga final digelar di Zayed Sport City Stadium, Sabtu (1/2/2019) malam WIB menjadi panggung paling indah bagi para pemain Qatar. Bermain agresif sejak awal, Qatar langsung unggul saat laga baru berjalan 12 menit melalui gol yang dicetak Almoez Ali.
Pada menit ke-27, Qatar menggandakan keunggulannya menjadi 2-0 lewat gol indah Abdulaziz Hatem. Jepang berusaha mengejar ketertinggalannya dan melalui gol yang dicetak Takumi Minamino, kedudukan menjadi 2-1. Namun, Qatar kembali memperbesar keunggulannya menjadi 3-1 setelah Akram Afif sukses menjebol gawang Jepang melalui tendangan penalti.
Skor tersebut bertahan hingga peluit dibunyikan wasit, pertanda pertandingan telah usai. Qatar memastikan diri menjadi juara (baru) di Piala Asia. Sementara Jepang, sebenarnya lebih difavoritkan menjadi juara, harus puas menjadi runner up turnamen.
Prestasi Qatar kian sempurna setelah gelar pencetak gol terbanyak di turnamen ini pun berhasil mereka raih melalui Almoez Ali dengan total 9 sembilan gol yang berhasil dicetaknya.
Sungguh pencapaian luar biasa. Pasalnya, Qatar bukanlah tim yang difavoritkan menjadi juara. Publik lebih menjagokan tim yang sudah berpengalaman juara misalnya Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, Iran, atau bahkan Australia.
Namun sadarkah kita, pada gelaran Piala Asia 2004 silam yang digelar di China, Indonesia ternyata pernah bertanding bahkan sukses mempermalukan Qatar. Pada turnamen tersebut, Indonesia tergabung di grup "neraka" yang terdiri dari Indonesia, tuan rumah China, Qatar dan Bahrain.
Indonesia tentu saja menjadi tim yang paling tidak diunggulkan bisa lolos dari penyisihan grup. Kualitas permainan timnas Indonesia diprediksi tak berdaya menandingi tim kuat China yang saat itu pun diuntungkan karena menjadi tuan rumah.
Bahrain juga saat itu dijuluki sebagai tim "kuda hitam" yang siap membuat kejutan pada tim-tim kuat Asia. Sementara Qatar berstatus sebagai perempat-finalis Piala Asia sebelumnya.
Namun, catatan dan prediksi itu langsung terbantahkan saat Indonesia melakoni pertandingan perdananya menghadapi Qatar. Timnas yang saat itu masih diasuh Ivan Kolev berhasil unggul di menit ke-25 melalui gol yang dicetak Budi Sudarsono. Indonesia unggul 1-0 dan kedudukan itu tak berubah sampai akhir babak pertama.
Qatar mati-matian mengejar ketertinggalan. Namun, Indonesia justru berhasil menambah keunggulan melalui gol yang dicetak Ponaryo Astaman, saat pertandingan babak kedua baru berjalan tiga menit.
Namun sayang sekali buat Indonesia, satu kemenangan penting tersebut ternyata tak mampu membawa tim bisa melangkah lebih jauh. Pada pertandingan berikutnya, Indonesia menyerah atas China dengan skor telak 0-5 dan kalah lagi atas Bahrain dengan skor 1-3. Indonesia harus puas berada di posisi 3, unggul atas Qatar yang menjadi juru kunci grup.
Bila ada istilah yang mengatakan bahwa bola itu bundar, bermaksud mengatakan bahwa hasil pertandingan sepak bola tak selalu bisa ditebak. Seringkali terjadi kejutan, tim yang tidak diunggulkan justru berhasil mengalahkan tim yang dijagokan.
Persis ketika Indonesia sukses mengalahkan Qatar di Piala Asia 2004, padahal saat itu Indonesia sama sekali tak difavoritkan memenangkan pertandingan. Namun yang menarik, lima belas tahun berselang, Qatar justru sukses membuat kejutan yang tidak tanggung-tanggung yaitu menjadi juara.
Ironisnya, pada saat yang bersamaan Indonesia hanya menjadi pembaca berita dan penonton pertandingan, sekaligus menjadi saksi sejarah lahirnya juara baru Piala Asia yaitu Qatar, tim yang pernah dikalahkan Indonesia di Piala Asia 2004 silam. Pencapaian yang diraih Qatar benar-benar luar biasa. Ibarat langit dari bumi bila membandingkannya dengan Indonesia.Â
Sepak bola kita hari ini belum beranjak kemana-mana. Masih berkutat dengan timbunan masalahnya. Kisruh di internal kepengurusan, skandal mafia skor, kerusuhan antar suporter, campur aduk bola-politik dan sebagainya. Kesimpulannya, sampai hari ini, belum ada tanda-tanda sepak bola kita akan membaik.
Rasa-rasanya, untuk sekadar membayangkan timnas Indonesia bisa menyamai prestasi yang diraih Qatar yakni juara Piala Asia, dalam 10-20 tahun ke depan pun sepertinya kita sudah tak berani.
Sungguh ironis memang, tapi mau bagaimana lagi?
***Â
Jambi, 2 Februari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H