Namun sebaliknya, ada sedikit saja prestasi yang kebetulan diraih, semua langsung berlomba tampil ke depan kamera, mendaku diri sebagai "pahlawan" yang paling berjasa. Ini adalah fakta pengelolaan sepakbola kita sekian lama. Â Â Â
Sementara para penonton dan penikmat sepakbola yang masih terus berteriak menginginkan prestasi, hanya sekadar disuguhi harapan dan janji-janji. Hebatnya, mereka tetap datang dengan semangat memadati stadion lalu berteriak memberikan dukungan. Seakan tak pernah kapok, walaupun sudah berulangkali menelan kekalahan. Â Â Â
Kedepan, tanpa ada keseriusan untuk berbenah, sepakbola kita hanya akan menjadi sepakbola orang-orang kalah. Di dalam dan luar lapangan pertandingan, kita hanya bisa selalu meratapi kekalahan. Untuk menutupinya, lalu kita sibuk mencari-cari pihak yang bisa disalahkan.Â
Sekali lagi, kita adalah orang-orang kalah. Bahkan, pucuk pimpinan tertinggi organisasi sepakbola kita saja sampai sekarang masih tak mampu mengalahkan hasrat dan ambisi pribadinya, sehingga tetap merasa nyaman dengan posisi rangkap jabatan. Â Â Â Â
***Â
Jambi, 25 Agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H