Banyak kisah tentang keluarga yang berakhir dengan kegagalan. Mimpi membangun keluarga bahagia justru hancur berantakan di tengah jalan. Berbagai alasan dituding sebagai penyebabnya. Berbagai masalah yang ada menjadi "kambing hitamnya".
Membangun keluarga bahagia menjadi impian setiap orang yang sudah berkomitmen menjalani kehidupan rumah tangga. Tak seorang pun yang ingin mengalami kegagalan karena itu benar-benar menyakitkan dan bisa menyisakan trauma mendalam. Â Â
Ibarat membangun sebuah rumah, tentu dibutuhkan bahan-bahan yang baik dan berkualitas agar dihasilkan bangunan yang berkualitas pula. Demikian halnya, keinginan membangun keluarga/rumah tangga bahagia tentu membutuhkan bahan-bahan pendukungnya.
Dari berbagai cerita pengalaman orang terdekat serta sumber bahan bacaan yang ada, saya coba merangkumkannya sebagai berikut.
1. Cinta
Membangun keluarga bahagia haruslah dilandasi oleh satu bahan utama yaitu cinta. Membangun sebuah keluarga tak boleh karena coba-coba, tergesa-gesa, apalagi terpaksa. Keluarga yang dibangun dengan rasa cinta yang tulus akan mampu bertahan meskipun banyak tantangan dan cobaan di depan.
2. Rencana
Soal jatuh cinta mungkin memang tak bisa direncanakan namun hal-hal berikutnya tentu bisa bahkan harus direncanakan. Membangun keluarga butuh perencanaan dan harus dibicarakan sejak awal di masa-masa berpacaran. Percuma menghabiskan waktu berpacaran jika tak ada tujuan yang bisa direncanakan. Â Â Â Â
Perencanaan dibutuhkan untuk mengantisipasi dan meminimalisir risiko kegagalan sekaligus memaksimalkan seluruh potensi yang ada untuk mencapai keberhasilan. Sehingga ada pepatah yang mengatakan; kegagalan merencanakan sama dengan sedang merencanakan kegagalan.Â
Untuk sesuatu hal yang sangat sakral dan penting yaitu membangun keluarga/rumah tangga pun sama. Perencanaan sangat dibutuhkan agar tidak timbul penyesalan sekaligus bisa meminimalisir risiko kegagalan.
Perencanaan yang matang akan menjadi modal berharga untuk menciptakan keluarga bahagia. Dengan adanya perencanaan, setiap hambatan dan tantangan yang datang bisa diantisipasi serta dihadapi dengan penuh keyakinan.
Untuk itulah, perlu dijalin komunikasi yang penuh kejujuran dan keterbukaan. Hal-hal seburuk apapun perlu diceritakan agar satu sama lain bisa saling menerima atau hal terburuknya segera mengambil keputusan "bubar jalan". Lebih baik gagal menikah daripada setelah menikah lalu merasakan kegagalan. Â Â Â Â
3. Komitmen
Ini juga menjadi hal yang sangat penting. Ketika cinta sudah direncanakan untuk mencapai satu tujuan maka dibutuhkan komitmen satu sama lain untuk mewujudkannya. Tanpa adanya komitmen, maka rencana akan tinggal rencana dan tidak ada realisasinya.
Komitmen itu harus sudah dimulai dari hal-hal terkecil. Banyak godaan untuk ingkar dari komitmen yang sudah kita ikrarkan. Kesetiaan menjalankan komitmen itulah yang menunjukkan standar serta kualitas kita sebagai manusia. Â Â Â Â Â
4. Usaha
Membangun sekaligus menjalankan keluarga tentu butuh biaya. Untuk itulah diperlukan usaha. Setiap keluarga mutlak harus memiliki sumber penghasilan sendiri dari pekerjaan yang halal untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Jangan pula berharap terus bisa bergantung pada orang tua. Â Â Â
5. Doa
Pada akhirnya, doa menjadi sesuatu hal yang bisa menyempurnakan cinta, rencana, komitmen dan usaha kita dalam membangun sebuah keluarga. Jangan pernah lupa meminta kepada Sang Pencipta agar keluarga yang akan dan sedang kita bina selalu mendapat limpahan rahmat dari-Nya.
Ia adalah sumber kebahagiaan yang sejati dan sempurna. Setiap mimpi dan harapan kita selalu bisa disampaikan pada-Nya melalui doa. Dalam satu syair nyanyian disebutkan,...Berseru memanggil nama-Nya, Ia hanya sejauh doa. Â
***
Jambi, 28 Mei 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H