Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Menyoal Mental Juara Kevin/Marcus Usai Digasak Thailand

22 Mei 2018   22:46 Diperbarui: 23 Mei 2018   09:00 1449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Foto: okezone.com)

Pasangan ganda putra bulutangkis terbaik dunia saat ini, Kevin Sanjaya/Marcus Gideon di luar dugaan gagal menyumbang poin bagi Tim Thomas Indonesia. Mereka takluk dari pasangan Thailand, Kittisak Namdash/Nipitphon Phuangphuapet dalam tiga gim. Sempat merebut gim kedua, ganda putra nomor satu dunia itu takluk 16-21, 21-13, 12-21.   

Kekalahan ini cukup menyakitkan karena ini pertama kalinya pasangan tersebut memperkuat Tim Thomas Indonesia. Bahkan, ini juga pertandingan perdana bagi keduanya sejak berhasil menjuarai All England 2018, Maret lalu.

Kalah-menang dalam sebuah pertandingan tentu hal biasa. Namun, tentu ada hal-hal menarik sekaligus berharga yang seharusnya bisa diambil dari sana.

Bicara soal kemampuan teknis dan permainan, tentu tak ada yang meragukan pasangan kita ini. Berbagai gelar bergengsi yang sudah berhasil diraih termasuk posisi saat ini sebagai pasangan nomor satu di dunia sudah cukup menjadi buktinya. Barangkali yang menjadi persoalan mereka saat ini justru soal mental juara yang harus kembali dimiliki.   

Pasca kekalahan yang diderita Kevin/Markus, beberapa media online coba mewawancarai mereka untuk memperoleh tanggapan. Cukup mengejutkan dan kian meyakinkan saya bahwa mereka memang sedang mengalami krisis mental sebagai juara dunia.

Dengan sombongnya, mereka bahkan tak mau mengakui keunggulan lawan. Alih-alih, mereka justru menyalahkan angin dan kepemimpinan wasit. Berikut beberapa pernyataan mereka seperti dikutip Detik.com.

"Ya gimana, di-foul terus saya, kayak baru main kemarin aja. Bingung juga mainnya kan? Jadi saya mesti bagaimana? Kalau saya baru main kemarin ya... enggak apa-apa. Ini kita sudah world number 1, sudah menang terus," sembur Marcus.

"Kalau mau menangin mereka dengan cara gini ya jangan gitu dong. masa di-foul terus? Mengganggu banget. Bagaimana mau main, saya servis aja enggak bisa. Jadi pincang satu, dia (Kevin) doang yang servis, separo doang saya main," dia menegaskan.

"High saya segini (tunjuk bawah dada), mana mungkin saya servis segini (menunjuk di atas dada). Cuma enggak dapet lah kalau mau main kaya gitu. Kalau menang bilang aja, jangan kaya gitu," Marcus menambahkan.

"Di All England ngga ada apa-apa, tapi di sini foul terus. Kalau digituin terus gimana? Kalau mereka pengin banget kita kalah gimana? Kita kan ngga bisa ngatur, kalau di-foul. Setiap di-foul musuhnya (dapat) poin," kata Marcus lagi.

"Wasitnya suruh main bulutangkis aja deh, suruh ngrasain gimana kalau sekali-dua kali kena foul pengaruhnya gimana. Kalau dia pernah main pasti dia pernah ngerasain," Kevin menimpali.

Terkait insiden ini, bahkan Marcus mengungkapkan akan melayangkan protes secara resmi kepada BWF. Selain soal kepemimpinan wasit, mereka juga mengeluhkan tiupan angin di lapangan pertandingan yang dinilai cukup mengganggu permainan.  

Mari mengulas alasan mereka satu per satu. Soal faktor angin, jelas tak bisa diterima. Faktanya, bukan hanya mereka yang mengalaminya, melainkan tim lawan juga. Persoalannya adalah, kemampuan beradaptasi dengan kondisi lapangan untuk tetap menampilkan permainan terbaik. .    

Soal kepemimpinan wasit, silakan saja mengajukan protes ke pihak berwenang (BWF) jika memang merasa dirugikan. Namun, kita juga menantikan sikap lapang dada keduanya untuk mengakui bahwa performa mereka di pertandingan tadi memang tidak seperti biasanya.

Permainan apik tim lawan ditambah dengan dukungan penonton yang luar biasa tentu tak bisa diabaikan begitu saja. Apakah hanya karena sedang menyandang gelar sebagai juara dunia, lantas mereka tak bisa dikalahkan siapapun ?. Lalu, tak bisakah mereka bersikap kesatria mengakui keunggulan permainan tim lawan yang walaupun saat ini berperingkat jauh di bawah ?.

Sebagai pasangan juara dunia yang sangat dibanggakan Indonesia, sebaiknya Marcus/Kevin segera mengambil pelajaran penting dari kekalahan malam ini. Mental juara mereka harus segera dibenahi. 

Juara dunia sejati tentunya harus mampu menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas pertandingan. Tak mudah jumawa ketika berhasil meraih kemenangan, tak pelit pujian kala dikalahkan lawan.

***

Jambi, 22 Mei 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun