Mohon tunggu...
Stevan Manihuruk
Stevan Manihuruk Mohon Tunggu... Penulis - ASN

Buruh negara yang suka ngomongin politik (dan) uang

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Begini Sejarah Desa Lempur, Daerah Wisata di Kerinci

22 Mei 2018   20:31 Diperbarui: 23 Mei 2018   10:14 5032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa Lempur (Foto: explorejambi, dikutip nuansajambi.com)

Suatu ketika, hasil panen warga tiga kerajaan tersebut ternyata melimpah lebih dari biasanya. Warga sangat girang gembira menyambutnya. Ketiga raja juga bersepakat membuat acara perayaan yang lebih meriah untuk menambah sukacita. Mereka sepakat menggelar acara perayaan tersebut tiga hari tiga malam lamanya. Sebagai tuan rumah adalah warga kerajaan Raja Pamuncak Rencong Talang.

Panitia perayaan dibentuk. Undangan disebar tidak hanya bagi seluruh warga tiga kerajaan tersebut namun sampai ke wilayah-wilayah kerajaan tetangga lainnya. Raja ingin rasa syukur dan bahagia itu bisa turut dirasakan oleh mereka.       

***

Raja Pamuncak Tanjung Sari, adik Raja Pamuncak Rencong Talang memiliki seorang putri nan cantik jelita bernama Puti Ayu Maryam. Kecantikannya melebihi siapapun gadis remaja yang ada di kerajaan itu. Namun sayang, elok paras tak seelok budinya. Puti sering melawan perintah orangtua, terkhusus ibunya. Sebagai anak satu-satunya, Puti benar-benar dimanja.

Hari itu, Puti Ayu bersama ibunya ikut berangkat untuk merayakan pesta panen. Setiba di tempat, Puti Ayu girang bukan kepalang. Ia bisa bertemu dengan banyak teman sebaya. Ia langsung membayangkan bisa bermain sepuasnya. Apalagi ini suasana pesta, tentu tak akan ada yang melarang. Itu yang ada dalam benaknya.

Acara perayaan pun digelar. Berbagai atraksi hiburan tampil bergantian. Semua bersukaria. Hari beranjak malam, namun kemeriahan pesta terus berlangsung. Puti Ayu bersama teman-temannya terus asyik bermain. Ibunya yang merasa waktu bermain sudah cukup, kemudian memanggilnya.

Berulangkali ibunya memanggil, tapi Puti Ayu tidak menyahut. Ia malah terus berlari, bermain bersama teman-temannya. Ibunya kerepotan mengejar bahkan terkadang harus mencari karena Puti Ayu dan teman-temannya justru menyembunyikan diri. Dengan agak bersungut-sungut Puti Ayu akhirnya mengikuti perintah ibunya.

"Siapa sebenarnya ibu tua itu ?." Seorang teman Puti Ayu tiba-tiba bertanya, saat mereka sedang berjalan.

"Dia pembantuku." Puti menjawab asal, terpengaruh suasana hatinya yang masih kesal. Tak disangka suara Puti Ayu ternyata didengar oleh ibunya yang sontak merasa terkejut, sedih, serta tidak menyangka putri yang sangat dikasihinya tega berkata seperti itu. Sepanjang jalan, ibunya terus berdoa di dalam hati memohon kesabaran dari Sang Pencipta. Perkataan Puti Ayu terus terngiang di telinganya.

Hari ketiga, hari terakhir perayaan pesta panen. Keesokan harinya para tamu undangan, termasuk Puti Ayu dan ibunya beranjak pulang ke tempat asalnya masing-masing. Ibunya berjalan di depan, Puti Ayu mengiring di belakang. Di tengah perjalanan, tiba-tiba seseorang kembali bertanya pada Puti Ayu.

"Hei,, Puti Ayu. Ibu tua yang bersama denganmu itu, ibumu kan?."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun